Kamis, 07 Juni 2018

BUFFER


Laporan Praktikum  ke-2                             Hari/tanggal : Kamis/2 Maret 2017
Biokimia Nutrisi                                          Tempat Praktikum : Laboratorium Biokimia, Fisiologi, dan Mikrobiologi Nutrisi
                                                                     Asisten:
1.      Noor Ashilla F          D24130122



BUFFER
Irvan Triansyah
D24160115
Kelompok 3








logoipb.png
                                                                       












DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017


PENDAHULUAN
Latar Belakang
       Larutan penyangga atau buffer merupakan larutan yang dapat mempertahankan pH pada saat ditambahkan sedikit asam lemah atau basa lemah. Menambahkan air kedalam atau menguapkan air dari larutan pH juga tidak mengubah pH larutan penyangga. Sifat-sifat larutan penyangga yaitu dapat mempertahankan pH walaupun ditambahkan sedikit asam kuat, sedikit basa kuat, dan diencerkan.
       Ruminansia memiliki mikroba rumen yang menghasilkan protein untuk tubuhnya. Fungsi dari mikroba rumen tersebut adalah memecah serat kasar supaya bisa dicerna dengan baik. Pertumbuhan mikroba rumen sangat bergantung pada pH rumen, produksi saliva, dan tingkat penyerapan produk fermentasi. Larutan penyangga pada hewan sangat penting karna untuk proses metabolisme yang akan optimal pada pH tertentu.
 
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari penambahan larutan asam dan larutan basa ke dalam larutan penyangga, serta membuat kurva titrasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Buffer
Buffer atau larutan penyangga adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan pH tertentu agar banyak tidak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Mekanismenya menetralkan asam atau basa dari luar. Masing-masing komponennya saling menetralkan. Sifat khas dari larutan penyangga adalah pH-nya hanya berubah sedikit (Asri 2008).

NaOH
            Larutan natrium hidroksida (NaOH) adalah larutan yang memiliki sifat basa. NaOH bersifat basa atau alkalin, maka NaOH memiliki pH lebih dari 7 (Misbachudin et al.2014). NaOH merupakan larutan basa yang tergolong mudah larut dalam air dan termasuk basa kuat yang dapat terionisasi dengan sempurna. Larutan basa memiliki rasa pahit dan jika mengenai tangan terasa licin. Sifat licin terhadap kulit itu disebut sifat kaustik basa (Abanat et al.2012).

HCl
            HCl merupakan asam kuat yang dapat terionisasi sempurna menjadi H+ dan Cl- . HCl memiliki pH kurang dari 7 (Kusmita dan Mantara 2009). Reaksinya adalah HCl→H+ + Cl-. HCl berbahaya bagi tubuh apabila asap HCL dan ionnya terbentuk dalam larutan.


Saliva Buatan (Mc Dougall)
            Larutan Mc Dougall atau saliva buatan berfungsi sebagai buffer dalam sistem in vitro. Saliva mengandung sejumlah natrium bikarbonat yang sangat penting menjaga pH dan berfungsi sebagai buffer tehadap asam lemak terbang yang dihasilkan oleh fermentasi bakteri (Muslim et al.2014).

Buffer Fosfat
            Sistem buffer fosfat tersusun atas pasangan dihidrogen fosfat MH2PO4 atau H2PO4- dan basa konjugasinya monohidrogen fosfat M2HPO4 atau HPO4- . buffer fosfat juga merupakan sistem enyangga intrasel dalam tubuh (Sumardjo 2009).

Cairan Rumen
            Hewan ruminansia memiliki 4 perut. Salah satu perutnya adalah rumen. Rumen merupakan alat pencernaan fermentatif yang didalamnya terdapat mikroorganisme . cairan rumen banyak mengandung enzim amilase, galactosidase, hemiselulase, selullase, dan xylanase (Adi 2008).

MATERI DAN METODE
Materi
Alat
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas corong, buret, gelas ukur 50 ml, pipet, beaker glass 250ml, dan indikator pH.


Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah cairan rumen, larutan buffer fosfat, HCL 0,05N, NaOH 0,05 N, dan Saliva buatan (Mc Dougall).

Metode
Buffer fosfat

Larutan buffer fosfat di ambil sebanyak 50 ml dengan menggunakan pipet yang disedot oleh mulut dan di masukkan ke dalam beaker glass. Kemudian larutan buffer fosfat di cek pHnya lalu di titrasi dengan NaOH 0,05 N, dengan setiap penambahan 10 ml NaOH, pH akan diukur sampai pH tersebut mencapai 11. Larutan buffer fosfat di ambil lagi yang baru sebanyak 50 ml untuk di titrasi dengan HCl. Titrasi dengan HCL dilakukan sampai pH larutan buffer fosfat mencapai 2.

Saliva buatan

Titrasi saliva buatan dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 ml. Saliva Buatan di ambil sebanyak 50 ml dengan menggunakan pipet yang disedot oleh mulut dan dan di masukkan ke dalam beaker glass. Kemudian saliva buatan dititrasi dengan NaOH 0,05 N, dengan setiap penambahan 10 ml di ukur pH nya sampai pH saliva buatan menjadi 11. Saliva buatan di ambil lagi sebanyak 50 ml, untuk di titrasi dengan HCl 0,05 N. pH saliva buatan akan di ukur menggunakan kertas indikator setiap penambahan 10 ml HCl 0,05 N. Penambahan HCl akan di hentikan apabila pH sudah mencapai 2.

Cairan rumen

Cairan rumen diambil sebanyak 50 ml menggunakan pipet dan masukkan ke dalam gelas ukur. Setelah didapatkan volume 50 ml, rumen di masukkan ke dalam beaker glass kemudian di ukur pH awalnya. Kemudian NaOH di masukkan ke dalam buret untuk dilakukan titrasi. Naoh di tambahkan setiap 10 ml sampai pH pada cairan rumen menjadi 11. Begitu juga dengan titrasi cairan rumen dengan HCl 0,05 N. Rumen di ambil sebanyak 50 ml dan dimasukkan ke dalam beaker glass. HCl di titrasi dengan menambahkan setiap 10 ml HCl sampai pH pada cairan rumen mencapai 2.

Titrasi NaOH dan HCL

Titrasi NaOH 0,05 N dengan HCl 0,05 N. Sama seperti perlakuan lainnya, setiap penambahan 10 ml HCl pH akan di ukur sampai pH mencapai 2. Kemudian dilakukan lagi titrasi HCl dengan NaOH, dengan setiap penambahan 10 ml NaOH akan di ukur pH nya sampai pH tersebut mencapai 2.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Titrasi buffer fosfat dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N. Titrasi ini akan diberhentikan apabila pH larutan sudah mencapai 11 pada titrasi dengan NaOH dan pH 2 pada titrasi dengan HCl.

Tabel 1 Titrasi buffer fosfat dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N
Volume NaOH 0,05 N
pH
Volume HCl 0,05 N
pH
0
7
0
7
10
8
10
6
20
11
20
2

Titrasi saliva buatan dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N. Titrasi ini akan diberhentikan apabila pH larutan sudah mencapai 11 pada titrasi dengan NaOH dan pH 2 pada titrasi dengan HCl.

Tabel 2 Titrasi saliva buatan dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N
Volume NaOH 0,05 N
pH
Volume HCl 0,05 N
pH
0
10
0
10
10
11
10
10


20
7


30
6


40
6

Titrasi cairan rumen dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N. Titrasi ini akan diberhentikan apabila pH larutan sudah mencapai 11 pada titrasi dengan NaOH dan pH 2 pada titrasi dengan HCl.

Tabel 3 Titrasi cairan rumen dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N
Volume NaOH 0,05 N
pH
Volume HCl 0,05 N
pH
0
7
0
6
10
7
10
6
20
8
20
5
30
9
30
5
40
10
40
4


50
3


60
2

Titrasi NaOH 0,05 N dengan HCl 0,05 N dan sebaliknya. Titrasi ini akan diberhentikan apabila pH larutan sudah mencapai 11 pada titrasi dengan NaOH dan pH 2 pada titrasi dengan HCl.

Tabel 1 Titrasi NaOH 0,05 N dengan HCl 0,05 N
Volume NaOH 0,05 N
pH
Volume HCl 0,05 N
pH
0
2
0
12
10
2
10
9
20
3
20
4
30
6
30
2
40
9


50
10





Gambar 1 Grafik titrasi buffer fosfat dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N
Gambar 1 Grafik titrasi saliva buatan dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N
Gambar 1 Grafik titrasi cairan rumen dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N
Gambar 1 Grafik titrasi NaOH 0,05 N dengan HCl 0,05 N



Pembahasan
       Buffer atau larutan penyangga adalah larutan yang dapat mencegah perubahan pH. Jika ditambahkan asam, pH tidak akan menurun, sedangkan bila ditambahkan basa, pH tidak akan meningkat. Larutan penyangga biasanya terdiri atas campuran asam lemah atau basa lemah dengan garamnya masing-masing. Larutan buffer mampu menetralkan penambahan asam atau basa dari luar. Cairan rumen pada tubuh sapi merupakan sistem buffer. Fungsi dari sistem buffer pada rumen sapi adalah untuk proses pencernaan. pH yang berada pada rumen merupakan salah satu faktor dalam rumen yang harus diperhatikan karena memiliki pengaruh terhadap proses pengtingkatan pakan (Dewi 2015).
       Peranan buffer dalam tubuh ternak yaitu sebagai enzim. Enzim akan bekerja pada keadaan optimum pada pH tertentu saja. Kadar pH yang terlalu rendah atau tinggi akan mengakibatkan enzim terdenaturasi. Rumen memiliki sistem buffer untuk metabolisme yang terjadi pada pH tertentu. Pencernaan pada rumen terjadi secara fermentatif dan hidrolitik. Pencernaan fermentatif membutuhkan mikroba dalam mencerna pakan terutama pakan yang dari selulase dan hemiselulase yang tinggi. Fungsi rumen yaitu sebagai tempat fermentasi oleh mikroba rumen, absorbs VFA dan amonia, tempat pengadukan makanan, dan tempat penyimpanan makanan fermentasi bakteri.
       Percobaan pertama titrasi buffer fosfat dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N. Pada titrasi NaOH dan HCl keduanya sama-sama di tambahkan 20 ml. Percobaan kedua titrasi saliva buatan dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N. Larutan saliva membutuh pentitrasian lebih banyak sebanyak 40 ml untuk NaOH. Hal ini menurut Muslim (2014) menyatakan bahwa saliva mengandung sejumlah natrium bikarbonat yang sangat penting menjaga pH dan berfungsi sebagai buffer tehadap asam. Percobaan ketiga titrasi cairan rumen dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N. Titrasi cairan rumen ini membutuhkan banyak larutan NaOH maupun larutan HCl untuk dapat mengubah pH cairan rumen tersebut. Percobaan keempat titrasi NaOH 0,05 N dengan HCl 0,05 N dan sebaliknya. Dalam titrasi ini, untuk mengubah pH dari HCl membutuhkan NaOH sebanyak 30 ml dan untuk mengubah pH NaOH membutuhkan HCl 50 ml.

SIMPULAN
       Buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan pH dengan penambahan sedikit asam kuat atau sedikit basa kuat. Cairan rumen merupakan sistem buffer yang baik dari buffer posfat, karena cairan rumen lebih banyak  membutuhkan larutan asam maupun basa untuk bisa mengubah pHnya.



DAFTAR PUSTAKA
Abanat JDJ, Purnowidodo A, Irawan YS. 2012. Pengaruh fraksi volume serat pelepah gebang terhadap sifat mekanik pada komposit bermatrik epoksi. Jurnal Rekayasa Mesin. 3(2):352-361.
Adi K. 2008. Panduan Kimia Praktis SMA. Yogyakarta (ID): pustaka widyatama.
Kesuma FM, Sayuthi SM, Legowo AM. 2013. Karakteristik dangke dari susu dengan waktu inkubasi berbeda pasca perendaman dalam larutan laktoferin. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 2(3):155-158.
Misbachudin MC, Rondonuwu FS, Sutresno A. 2014. Pengaruh pH larutan antosianin strawberry dalam protipe DSSC. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. 10(2): 57-62.
Muslim G, Sihombing JE, Fauziyah S, Abrar AA, Fariani A. 2014. Aktivitas proporsi berbagai cairan rumen dalam mengatasi tannin dengan teknik in vitro. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 3(1):25-36.
Dewi P. 2015. Pengaruh penambahan nitrogen dan sulfur pada ensilase  jerami ubi jalar , terhadap gas total dan cairan rumen pada domba invitro . Jurnal Biologi. 4(3):1-9.
S, Asri. 2008. KIMIA. Jakarta (ID): Erlangga.
Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta(ID) : Penerbit Buku Kedokteran EGC.









LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar