Laporan Praktikum ke-2 Hari/tanggal
: Kamis/2 Maret 2017
Biokimia Nutrisi Tempat
Praktikum : Laboratorium Biokimia, Fisiologi, dan
Mikrobiologi Nutrisi
Asisten:
1.
Noor Ashilla
F D24130122
BUFFER
Irvan Triansyah
D24160115
Kelompok 3

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI
PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Larutan penyangga atau buffer merupakan larutan yang dapat
mempertahankan pH pada saat ditambahkan sedikit asam lemah atau basa lemah. Menambahkan
air kedalam atau menguapkan air dari larutan pH juga tidak mengubah pH larutan
penyangga. Sifat-sifat larutan penyangga yaitu dapat mempertahankan pH walaupun
ditambahkan sedikit asam kuat, sedikit basa kuat, dan diencerkan.
Ruminansia memiliki mikroba
rumen yang menghasilkan protein untuk tubuhnya. Fungsi dari mikroba rumen
tersebut adalah memecah serat kasar supaya bisa dicerna dengan baik.
Pertumbuhan mikroba rumen sangat bergantung pada pH rumen, produksi saliva, dan
tingkat penyerapan produk fermentasi. Larutan penyangga pada hewan sangat
penting karna untuk proses metabolisme yang akan optimal pada pH tertentu.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari
penambahan larutan asam dan larutan basa ke dalam larutan penyangga, serta
membuat kurva titrasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Buffer
Buffer atau larutan
penyangga adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan pH tertentu agar
banyak tidak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Mekanismenya menetralkan
asam atau basa dari luar. Masing-masing komponennya saling menetralkan. Sifat
khas dari larutan penyangga adalah pH-nya hanya berubah sedikit (Asri 2008).
NaOH
Larutan
natrium hidroksida (NaOH) adalah larutan yang memiliki sifat basa. NaOH bersifat basa atau alkalin, maka
NaOH memiliki pH lebih dari 7 (Misbachudin et
al.2014). NaOH merupakan larutan basa yang tergolong mudah larut dalam air
dan termasuk basa kuat yang dapat terionisasi dengan sempurna. Larutan basa
memiliki rasa pahit dan jika mengenai tangan terasa licin. Sifat licin terhadap
kulit itu disebut sifat kaustik basa (Abanat et al.2012).
HCl
HCl
merupakan asam kuat yang dapat terionisasi sempurna menjadi H+ dan
Cl- . HCl memiliki
pH kurang dari 7 (Kusmita dan Mantara 2009). Reaksinya adalah HCl→H+
+ Cl-. HCl berbahaya bagi tubuh apabila asap HCL dan ionnya
terbentuk dalam larutan.
Saliva Buatan (Mc Dougall)
Larutan Mc Dougall atau saliva
buatan berfungsi sebagai buffer dalam sistem in vitro. Saliva mengandung sejumlah natrium bikarbonat yang sangat
penting menjaga pH dan berfungsi sebagai buffer tehadap asam lemak terbang yang
dihasilkan oleh fermentasi bakteri (Muslim et
al.2014).
Buffer Fosfat
Sistem buffer fosfat tersusun atas
pasangan dihidrogen fosfat MH2PO4 atau H2PO4-
dan basa konjugasinya monohidrogen fosfat M2HPO4 atau HPO4-
. buffer fosfat juga merupakan sistem enyangga intrasel dalam tubuh (Sumardjo
2009).
Cairan Rumen
Hewan
ruminansia memiliki 4 perut. Salah satu perutnya adalah rumen. Rumen merupakan
alat pencernaan fermentatif yang didalamnya terdapat mikroorganisme . cairan
rumen banyak mengandung enzim amilase, galactosidase, hemiselulase, selullase,
dan xylanase (Adi 2008).
MATERI DAN METODE
Materi
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah kertas corong, buret, gelas ukur 50 ml, pipet, beaker glass 250ml,
dan indikator pH.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah cairan rumen, larutan buffer fosfat, HCL 0,05N, NaOH 0,05 N, dan Saliva buatan (Mc
Dougall).
Metode
Buffer
fosfat
Larutan buffer fosfat di ambil sebanyak 50 ml dengan
menggunakan pipet yang disedot oleh mulut dan di masukkan ke dalam beaker
glass. Kemudian larutan buffer fosfat di cek pHnya lalu di titrasi dengan NaOH 0,05 N,
dengan setiap penambahan 10 ml NaOH, pH akan diukur sampai pH tersebut mencapai
11. Larutan buffer fosfat di ambil lagi yang baru sebanyak 50 ml untuk di
titrasi dengan HCl. Titrasi dengan HCL dilakukan sampai pH larutan buffer
fosfat mencapai 2.
Saliva
buatan
Titrasi saliva buatan dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05
ml. Saliva Buatan di ambil sebanyak 50 ml dengan menggunakan pipet yang
disedot oleh mulut dan dan di masukkan ke dalam beaker glass. Kemudian saliva buatan dititrasi
dengan NaOH 0,05 N, dengan setiap penambahan 10 ml di ukur pH nya sampai pH
saliva buatan menjadi 11. Saliva buatan di ambil lagi sebanyak 50 ml, untuk di
titrasi dengan HCl 0,05 N. pH saliva buatan akan di ukur menggunakan kertas
indikator setiap penambahan 10 ml HCl 0,05 N. Penambahan HCl akan di hentikan
apabila pH sudah mencapai 2.
Cairan rumen
Cairan rumen diambil sebanyak 50 ml menggunakan pipet
dan masukkan ke dalam gelas ukur. Setelah didapatkan volume 50 ml, rumen di
masukkan ke dalam beaker glass kemudian di ukur pH awalnya. Kemudian NaOH di
masukkan ke dalam buret untuk dilakukan titrasi. Naoh di tambahkan setiap 10 ml
sampai pH pada cairan rumen menjadi 11. Begitu juga dengan titrasi cairan rumen
dengan HCl 0,05 N. Rumen di ambil sebanyak 50 ml dan dimasukkan ke dalam beaker
glass. HCl di titrasi dengan menambahkan setiap 10 ml HCl sampai pH pada cairan
rumen mencapai 2.
Titrasi NaOH
dan HCL
Titrasi NaOH 0,05 N dengan HCl 0,05 N. Sama seperti
perlakuan lainnya, setiap penambahan 10 ml HCl pH akan di ukur sampai pH
mencapai 2. Kemudian dilakukan lagi titrasi HCl dengan NaOH, dengan setiap
penambahan 10 ml NaOH akan di ukur pH nya sampai pH tersebut mencapai 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Titrasi buffer fosfat dengan NaOH
0,05 N dan HCl 0,05 N. Titrasi ini akan diberhentikan apabila pH larutan sudah mencapai
11 pada titrasi dengan NaOH dan pH 2 pada titrasi dengan HCl.
Tabel 1 Titrasi buffer fosfat dengan NaOH 0,05 N dan
HCl 0,05 N
Volume NaOH 0,05 N
|
pH
|
Volume HCl 0,05 N
|
pH
|
0
|
7
|
0
|
7
|
10
|
8
|
10
|
6
|
20
|
11
|
20
|
2
|
Titrasi saliva buatan dengan NaOH
0,05 N dan HCl 0,05 N. Titrasi ini akan diberhentikan apabila pH larutan sudah mencapai
11 pada titrasi dengan NaOH dan pH 2 pada titrasi dengan HCl.
Tabel 2 Titrasi saliva buatan dengan NaOH 0,05 N dan
HCl 0,05 N
Volume NaOH 0,05 N
|
pH
|
Volume HCl 0,05 N
|
pH
|
0
|
10
|
0
|
10
|
10
|
11
|
10
|
10
|
|
|
20
|
7
|
|
|
30
|
6
|
|
|
40
|
6
|
Titrasi cairan rumen dengan NaOH
0,05 N dan HCl 0,05 N. Titrasi ini akan diberhentikan apabila pH larutan sudah mencapai
11 pada titrasi dengan NaOH dan pH 2 pada titrasi dengan HCl.
Tabel 3 Titrasi cairan rumen dengan NaOH 0,05 N dan
HCl 0,05 N
Volume NaOH 0,05 N
|
pH
|
Volume HCl 0,05 N
|
pH
|
0
|
7
|
0
|
6
|
10
|
7
|
10
|
6
|
20
|
8
|
20
|
5
|
30
|
9
|
30
|
5
|
40
|
10
|
40
|
4
|
|
|
50
|
3
|
|
|
60
|
2
|
Titrasi NaOH 0,05 N dengan HCl 0,05
N dan sebaliknya. Titrasi ini akan diberhentikan apabila pH larutan
sudah mencapai 11 pada titrasi dengan NaOH dan pH 2 pada titrasi dengan HCl.
Tabel 1 Titrasi NaOH 0,05 N dengan HCl 0,05 N
Volume NaOH 0,05 N
|
pH
|
Volume HCl 0,05 N
|
pH
|
0
|
2
|
0
|
12
|
10
|
2
|
10
|
9
|
20
|
3
|
20
|
4
|
30
|
6
|
30
|
2
|
40
|
9
|
|
|
50
|
10
|
|
|




Pembahasan
Buffer
atau larutan penyangga adalah larutan yang dapat mencegah perubahan pH. Jika
ditambahkan asam, pH tidak
akan menurun, sedangkan bila ditambahkan basa, pH tidak akan meningkat. Larutan
penyangga biasanya terdiri atas campuran asam lemah atau basa lemah dengan
garamnya masing-masing. Larutan buffer mampu menetralkan penambahan asam atau basa dari luar. Cairan rumen pada tubuh sapi merupakan
sistem buffer. Fungsi
dari sistem buffer pada rumen sapi adalah untuk proses pencernaan. pH yang berada pada rumen merupakan
salah satu faktor dalam rumen yang harus diperhatikan karena memiliki pengaruh
terhadap proses pengtingkatan pakan (Dewi 2015).
Peranan
buffer dalam tubuh ternak yaitu sebagai enzim. Enzim akan bekerja pada keadaan
optimum pada pH tertentu saja. Kadar pH yang terlalu rendah atau tinggi akan
mengakibatkan enzim terdenaturasi. Rumen memiliki sistem buffer untuk
metabolisme yang terjadi pada pH tertentu. Pencernaan pada rumen terjadi secara
fermentatif dan hidrolitik. Pencernaan fermentatif membutuhkan mikroba dalam
mencerna pakan terutama pakan yang dari selulase dan hemiselulase yang tinggi.
Fungsi rumen yaitu sebagai tempat fermentasi oleh mikroba rumen, absorbs VFA
dan amonia, tempat pengadukan makanan, dan tempat penyimpanan makanan fermentasi
bakteri.
Percobaan
pertama titrasi buffer fosfat dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N. Pada
titrasi NaOH dan HCl keduanya sama-sama di tambahkan 20 ml. Percobaan kedua
titrasi saliva buatan dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N. Larutan
saliva membutuh pentitrasian lebih banyak sebanyak 40 ml untuk NaOH. Hal ini menurut
Muslim (2014) menyatakan bahwa saliva mengandung sejumlah natrium bikarbonat yang
sangat penting menjaga pH dan berfungsi sebagai buffer tehadap asam. Percobaan ketiga titrasi cairan rumen dengan NaOH 0,05
N dan HCl 0,05 N. Titrasi cairan rumen ini membutuhkan banyak larutan NaOH
maupun larutan HCl untuk dapat mengubah pH
cairan rumen tersebut. Percobaan keempat titrasi NaOH 0,05 N dengan HCl 0,05 N
dan sebaliknya. Dalam titrasi ini, untuk mengubah pH dari HCl membutuhkan NaOH
sebanyak 30 ml dan untuk mengubah pH NaOH membutuhkan HCl 50 ml.
SIMPULAN
Buffer
adalah larutan yang dapat mempertahankan pH dengan penambahan sedikit asam kuat
atau sedikit basa kuat. Cairan rumen merupakan sistem buffer yang baik dari buffer posfat, karena cairan rumen lebih banyak membutuhkan
larutan asam maupun basa untuk bisa mengubah pHnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abanat JDJ, Purnowidodo A, Irawan
YS. 2012. Pengaruh fraksi volume serat pelepah gebang terhadap sifat mekanik
pada komposit bermatrik epoksi. Jurnal
Rekayasa Mesin. 3(2):352-361.
Adi K. 2008. Panduan Kimia Praktis SMA. Yogyakarta (ID): pustaka widyatama.
Kesuma FM, Sayuthi SM, Legowo AM.
2013. Karakteristik dangke dari susu dengan waktu inkubasi berbeda pasca
perendaman dalam larutan laktoferin. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan. 2(3):155-158.
Misbachudin MC, Rondonuwu FS,
Sutresno A. 2014. Pengaruh pH larutan antosianin strawberry dalam protipe DSSC.
Jurnal Fisika dan Aplikasinya. 10(2):
57-62.
Muslim G, Sihombing JE, Fauziyah S,
Abrar AA, Fariani A. 2014. Aktivitas proporsi berbagai cairan rumen dalam
mengatasi tannin dengan teknik in vitro. Jurnal
Peternakan Sriwijaya. 3(1):25-36.
Dewi P. 2015. Pengaruh penambahan nitrogen dan sulfur pada ensilase jerami
ubi jalar , terhadap gas total dan cairan rumen
pada domba invitro . Jurnal Biologi. 4(3):1-9.
S, Asri. 2008. KIMIA. Jakarta (ID): Erlangga.
Sumardjo D.
2009. Pengantar Kimia. Jakarta(ID) :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar