Laporan
Praktikum
Produksi Ternak Perah
|
Hari, Tanggal
Tempat
|
|
: Kamis, 19 April 2018
: Laboratorium Produksi Perah.
|
|
Dosen
PLP
|
|
: Sigid Prabowo, S.Pt. MSc
: 1. Surajudin, S.Pt. MSi
2. Tatang
Supriatna, S.Pt
|
|
|
|
3. Dedi Permadi, A.Md
|
UJI SUSUNAN SUSU DAN UJI KEADAAN SUSU
Irvan Triansyah
D24160115
Kelompok 5
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI
PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Susu adalah
produk hasil ternak yang umumnya diproduksi oleh sapi perah. Kualitas kecernaan
protein pada susu lebih tinggi dibanding telur sehingga susu lebih diminati
konsumen dari segi nutrient yang diserap. Memilih produk susu yang berkualitas
perlu di perhatikan, baik dari faktor internal maupun eksternal dalam
menghasilkan susu berkualitas. Cara untuk mengetahui susu yang berkualitas
dapat dilakukan dengan uji susunan susu dan uji keadaan susu.
Pengujian
susu dapat dilakukan dari apa yang kita lihat, rasakan, mencium aroma susu, dan
berbagai perlakuan sederhana terhadap susu. Pengujian ini dapat dilakukan
melalui uji kebersihan, reduktase, katalase, warna, bau, rasa, masak, alkohol,
dan derajat keasaman atau pH. Hal ini yang disebut uji keadaan susu. Selain
itu, pengujian susu yang berkualitas juga tidak hanya dari apa yang kita lihat
dan rasa saja, tetapi kita harus menguji struktur penyusun susu tersebut.
Pengujian ini diukur dari kadar protein, bahan kering susu, lemak susu, berat
jenis, dan bahan kering tanpa lemak. Hal ini yang disebut uji susunan susu. Uji-uji
tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
memeriksa keadaan dan kualitas susu yang aman dan layak untuk dikonsumsi. Semua
hal tersebutlah yang mendasari praktikum ini.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan menguji keadaan dan
susunan susu sapi perah kebon pedes. Praktikan dapat terampil baik dalam uji
keadaan maupun uji susunan susu.
MATERI DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pipet mohr steril 20 ml, gelas ukur,
kertas saring, corong, tabung reaksi, inkubator, tabung reduktase, pipet mohr
steril 0.5 ml, sumbat karet, gelas selai, pipet tetes, buret, kapas penutup, penjepit
tabung reaksi, gegep, sentrifuge, tabung katalase, dan bunsen.
Bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah susu murni sapi kebon pedes, H2O2
0.5%, metilen biru, NaOH 0.25 N, alkohol 70%, formalin, dan fenolptalin.
Metode
Uji Susunan Susu
Uji
Berat Jenis
Susu diambil dan
dimasukan kedalam gelas ukur berukuran besar. Laktodensimeter dimasukan kedalam
susu tersebut dan lihat skala suhu dan berat jenisnya. Angka tersebut kemudian
dilihat ditabel dan nilainya akan selalu dibulatkan pada nilai suhu 27.5 oC.
Uji
Kadar Lemak Susu
Asam belerang 92%
diambil sebanyak 10 ml kedalam butyrometer menggunakan pipet steril dilakukan
pada ruang asam. Susu ditambahkan sebanyak 10.75 ml dan tutup dengan penutup
karet lalu dikocok perlahan membentuk angka 8 hingga homogen. Tabung tersebut
diletakan ke water bath selama 10 menut dengan suhu 65 oC. Larutan
tersebut di sentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 1200 ppm. Masukan
kembali ke water bath selama 5 menit lalu baca skala butyrometer tersebut
dengan mengeluarkan sedikit demi sedikit penyumbat karet dari butyrometer
tersebut.
Uji
Bahan Kering Susu
Bahan kering susu dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
Uji
Bahan Kering Tanpa Lemak
Bahan kering tanpa
lemak dihitung dengan mengurangi kadar bahan kering dengan kadar lemak.
Uji
Kadar Protein
Susu dimasukan ke dalam
botol selai sebanyak 10 ml lalu tambahkan phenolphthalein 1 % sebanyak 3 tetes.
Larutan NaOH 0.1 ditambahkan melalui titrasi hingga larutan menjadi warna merah
muda. Formalin ditambahakan sebanyak 2 ml dan warna merah muda akan hilang.
Titrasi kembali dilakukan menggunakan NaOH 0.1 N hingga warna merah muda
terbentuk kembali. Banyaknya NaOh terpakai dicatat.
Uji Keadaan Susu
Uji
Kebersihan
Susu
dimasukan kedalam gelas ukur berukuran besar menggunakan corong kaca
berlapiskan kertas saring. Amati kebersihan kertas saring tersebut.
Uji
Reduktase
Biru methylen
sebanyak 0.5 ml dimasukan kedalam masing-masing tabung reductase menggunakan
pipet steril. Susu diaduk agar heterogen lalu dimasukan dalam tabung reductase
sebanyak 20 ml. mulut tabung reductase disumbat menggunakan sumbat karet
kemudian dibulak-balik sampai larutan menjadi warna biru. Tabung reduktase
dimasukan kedalam inkubator bersuhu 37 oC sampai warna biru
menghilang dan setiap 30 menit sekali tabung reductase di cek.
Uji
Katalase
Susu
diambil sebanyak 10 ml dan dimasukan kedalam tabung katalase beserta larutan
H2O2 sebanyak 5ml. Usahakan larutan tersebut memenuhi ujung tabung katalase dan
tidak ada gelembung udara yang bersisa diujungnya. Tabung disumbat menggunakan
kapas steril lalu dimasukan kedalam incubator bersuhu 37 oC selama 3
jam. Amati oksigen yang dihasilkan diujung tabung katalase tersebut.
Uji
Warna
Susu
diambil secukupnya dan dirasakan oleh indra pengecap baik itu rasa manis, asam,
pahit, lobak, maupun sabun.
Uji
Bau
Susu
diambil secukupnya dan dicium aroma baunya, baik merupakan aroma bau khas susu,
bau busuk, bau masam, maupun bau silase serta lain-lain.
Uji
Rasa
Susu
diambil secukupnya dan diamati dalam gelas bening baik warna putih, biru,
kuning, maupun merahnya.
Uji
Masak
Susu
diambil sebanyak 10 ml dan dimasukan dalam tabung reaksi lalu dipanaskan sampai
mendidih diatas Bunsen yang menyala.
Uji
Alkohol
Susu
diambil sebanyak 5 ml dan dimasuakan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan
alcohol 70 % sebanyak 5 ml dan di kocok pelan-pelan. Jika belum berhasil maka
diperlukan uji ganda yaitu dengan menambahkan alcohol 2 kali lipat volume dari
sebelumnya.
Uji
Derajat Keasaaman
Susu
diambil 10 ml dan dimasukan dalam 2 gelas selai masing-masing. Phenolphthalein
dimasuakan kedalam masing-masing tabung sebanyak 3 tetes. Masukan NaOH kedalam
gelas selai 1 hingga bewarna merah muda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berikut hasil uji
keadaan dan uji susunan susu sapi perah kebon pedes yang dilakukan di laboratorium
produksi perah IPB.
Tabel 1 hasil uji
keadaan dan uji susunan susu sapi perah kebon pedes.
Kelompok
|
Kebersihan
|
U masak
|
U Fisik
|
U Alkohol
|
Uji Keasaman
|
Uji Katalase
|
Uji Reduktase
|
Uji Berat Jenis
|
Uji Lemak
|
Uji Protein
|
BK
|
BKTL
|
1
|
Kotor
|
-
|
Warna putih
susu, bau normal, rasa agak manis
|
-
|
7 SH
|
1.2
|
30.5 jam
|
1.0265
|
3.6
|
2.55
|
11.43
|
7.83
|
2
|
Bersih
|
-
|
Warna putih
susu, bau khas susu, rasa agak manis
|
-
|
8 SH
|
1.2
|
30 jam
|
1.0280
|
.39
|
2.89
|
12.17
|
8.27
|
3
|
Kotor
|
-
|
Warna putih
susu, Bau khas susu, rasa agak manis
|
-
|
7 SH
|
1.6
|
24 jam
|
1.0258
|
3.9
|
1.87
|
11.664
|
7.764
|
4
|
Kotor
|
-
|
Warna putih
susu, Bau khas susu, rasa agak manis
|
-
|
7 SH
|
1.4
|
28 jam
|
1.028
|
3.7
|
2.89
|
12.060
|
8.360
|
5
|
kotor
|
-
|
Warna putih susu, Bau khas susu, rasa agak manis
|
-
|
10 SH
|
1.8
|
18 jam
|
1.0275
|
3.7
|
3.57
|
12.050
|
8.15
|
6
|
bersih
|
-
|
Warna putih susu, Bau khas susu, rasa agak manis
|
-
|
8 SH
|
1
|
38 jam
|
1.0285
|
3.9
|
2
|
12.300
|
8.40
|
7
|
bersih
|
-
|
Warna putih susu, Bau khas susu, rasa agak manis
|
-
|
9 SH
|
1
|
15 jam
|
1.0265
|
3.8
|
3.06
|
11.665
|
7.865
|
Keterangan : SH =
satuan derajat keasaman
Pembahasan
Kebersihan
susu dapat diuji dengan cara penyaringan untuk mengamati kondisi susu bersih
atau kotor. Susu yang telah diamati rata-rata pengamatan memberikan hasil bahwa
susu sapi kebon pedes itu tidak bersih. Didalam kertas saring ditemukan sedikit
kotoran. Partikel yang terlihat merupakan partikel sisa bahan pakan yang
berukuran kecil sehingga terlihat jelas oleh mata. Susu tersebut dapat
dikatakan kotor, karena adanya.
Uji
masak dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman, keadaan mineral, dan
penyakit mastitis. Uji masak yang bernilai plus mengartikan terdapat
endapan-endapan didinding tabung reaksi sesaat setelah dimasak. Hal tersebut
menandakan susu tidak layak dikonsumsi. Beberapa jenis bakteri dapat melakukan
fermentasi pada susu sehingga merubah laktosa menjadi asam laktat sehingga susu
tersebut mengalami penggumpalan jika masih menyatu dan homogen maka susu
tersebut baik dan layak untuk dikonsumsi.
Hasil yang diperoleh praktikum menunjukan tidak adanya endapan-endapan pada
dinding tabung reaksi pada semua sampel kelompok. Hal ini berarti susu layak
untuk dikonsumsi.
Hasil
pengujian fisik susu sapi kebon pedes sebagai berikut. Warna susu yang normal
adalah putih kekuningan. Warna putih disebabkan karena refleksi sinar matahari dan
karena adanya butiran-butiran lemak, protein, dan garam-garam didalam susu.
Warna kekuningan merupakan cerminan warna karoten dalam susu. Hasil yang diperoleh didapatkan warna putih
normal hal ini menunjukan bahwa susu baik untuk dikonsumsi.Susu segar yang
normal mempunyai bau yang khas terutama karena adanya asam-asam lemak. Bau
tersebut dapat mengalami perubahan, contoh menjadi asam karena adanya
pertumbuhan mikroba didalam susu. Bau pakan dan kotoran yang ada didekat wadah
susu juga akan mudah mempengaruhi bau susu tersebut. Hasil yang diperoleh semua
kelompok yaitu bau susunya khas susu yang berarti susu layak untuk dikonsumsi. Hasil
yang diperoleh semua kelompok yaitu rasa susu agak manis. Senyawa vanilin di
dalam susu yang terdegradasi menjadi asam vanilat dapat menyebabkan off-flavor selama penyimpanan. Degradasi
tersebut terkait erat dengan reaksi oksidatif dari enzim xanthine oksidase yang
secara intrinsik ada didalam susu (Wijaya et
al. 2015).
Susu
yang positif pada uji alkohol dapat disebabkan oleh susu mulai masam, terdapat
kolustrum dan permulaan adanya mastitis. Sifat koloidal merupakan prinsip dasar
uji alcohol pada susu (Dwitania dan Swacita 2013). Terdapat pada penambahan
pertama 5 ml alkohol 70% ke dalam susu segar setelah dihomogenkan tidak adanya
butir-butir susu berarti hasilnya negatif atau kualitas susu baik untuk
dikonsumsi dan setalah ditambahkan lagi 5 ml alkohol 70% dan dihomogenkan
kembali hasilnya tetap negative yang berarti susu layak untuk dikonsumsi karena
belum masam dan belum permulaan adanya mastitis.
Susu
segar umumnya mempunyai derjat keasaman sekitar 6 sampai 8, penentuan derajat
keasaman dapat dilakukan dengan menggunakan titrasi asam-basa. Nilai derajat
keasaman didapatkan dengan mengalikan volume NaOH yang dibutuhkan untuk
mentitrasi susu sampai warnanya merah muda. Hasil yang diperoleh beberapa
kelompok berkisar 6 hingga 8, tetapi ada dua kelompok yang mendapati hasil
derajat keasaman 9 dan 10. Hal tersebut bisa terjadi karena susu kontam (Dwitania
dan Swacita 2013).
Uji
katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri. Di dalam
susu terdapat enzim katalase yang dihasilkan oleh sel leukosit atau kuman.
Enzim katalase akan membebaskan O2 dari H2O. Nilai
katalase yang baik tidak lebih dari 3 ml. Hasil yang diperoleh semua kelompok
nilai katalasenya kurang dari 3 ml. Hal ini berarti susu memiliki enzim
katalase yang sesuai Soeparno et al. (2011) hasil nilai katalase berkisar 1-2
ml.
Uji
reduktase dilakukan untuk menentukan banyaknya kuman di dalam susu secara
kualitatif. Prinsipnya mikroba di dalam susu menghasilkan enzim reduktase yang
dapat mereduksi zat warna biru. Apabila ke dalam susu dimasukkan sejumlah
tertentu metilen biru, maka susu tersebut berwarna biru dan dalam waktu
tertentu warna biru tersebut berangsur – angsur hilang. Lama waktu hilangnya
warna biru atau waktu reduksi menunjukkan banyak sedikitnya jumlah mikroba di
dalam susu. Semakin banyak mikroba berarti semakin banyak pula enzim reduktase
yang dapat mereduksi warna biru, sehingga waktu reduksi menjadi pendek dan
demikian pula sebaliknya. Hasil yang diperoleh uji reductase masing-masing
kelompok lebih dari 15 jam untuk mengembalikan warna ke asal. Hal ini sesuai
Utami et al. (2014) grade susu yang
baik yaitu lebih dari 3 jam kembalinya warna kesemula.
Berat
jenis susu yang diperoleh rata-rata berkisar 1.02 berat jenis. Hal ini sesuai
dengan Soeparno et al. (2011) berat jenis susu segar yaitu 1.025 hingga 1.030.
Kadar lemak yang diperoleh 3.7 % . hal ini melebihi standar Soeparno et al.
(2011) kadar lemak susu segar yaitu 3.5 %. Kadar protein yang diperoleh
berkisar rata-rata sebesar 2.7% hal ini sesuai Soeparno et al. (2011) kadar
protein susu segar yaitu 2.7%. Bahan kering yang diperoleh rata-rata mendapatkan
nila 12 %. Hal ini sesuai dengan Soeparno et al. (2011) Bahan kering susu segar
yait 12.2 % hal ini tidak berbeda nyata. Bahan kering tanpa lemak yang
diperoleh dari susu sapi kebon pedes yaitu rata-rata 8 % hal ini sesuai dengan
Soeparno et al. (2011) bahan kering tanpa lemak pada susu sapi segar yaitu 8 %.
SIMPULAN
Kandungan mikroba dalam susu dapat diketahui
melalui uji keasaman, uji alkohol, uji katalase, dan uji reduktase. Susu dengan
kualitas baik tidak menunjukkan reaksi positif terhadap alkohol, pH-nya 8,
nilai katalase kurang dari tiga ml, dan kemampuan tereduksinya lebih dari dua
jam. Susunan susu yang baik akan mempengaruhi kualitas atau keadaan susu yang
baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwitania DC, Swacita IBN. 2013. Uji didih, alkohol dan derajat asam susu
sapi kemasan yang dijual di Pasar tradisional kota Denpasar. Jurnal Medicus Veterinus. 2(4): 437-444.
Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi
Daging. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Utami KB, Radiati LE, Surjowardojo P. 2014. Kajian kualitas susu sapi perah
PFH (studi kasus pada anggota koperasi agro niaga di kecamatan Jabung kabupaten
Malang. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan.
24(2): 58-66.
Wijaya C, Kardono LBS, Halim JM. 2015. Peningkatan akseptabilitas susu
kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)
dengan adisi bahan penstabil dan jus jahe. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan. 4(4): 45-51.
LAMPIRAN
Gambar 1
Hasil Uji kebersihan Gambar 2
Uji berat jenis Gambar 3 Hasil Uji
Katalase
Gambar 4
Uji lemak Gerber Gambar 5 Uji
Keasaman Gambar 6 Hasil Uji
Reduktase
Tidak ada komentar:
Posting Komentar