Kamis, 07 Juni 2018

ENZIM AMILASE


Laporan Praktikum  ke-11                           Hari/tanggal : Kamis/18 Mei 2017
Biokimia Nutrisi                                          Tempat Praktikum : Laboratorium Terpadu
                                                                     Asisten: Afdola Riski Nasution



ENZIM AMILASE

Irvan Triansyah
D24160115
Kelompok 3









                                                                       













DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang
       Enzim merupakan unsur yang mempercepat perubahan kimiawi yang diperlukan oleh kehidupan. Tanpa enzim perubahan-perubahan tersebut akan sangat lambat, bahkan tidak akan terjadi. Setiap enzim merupakan protein khusus yang disesuaikan dengan proses kimiawi tertentu. Enzim sangat berperan didalam tubuh. Kerja enzim dapat mempercepat atau memperlambat reaksi kimia, mengatur jumlah reaksi yang berbeda dalam waktu yang sama dan enzim dapat mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi yang diperlukan untuk berlangsungnya reaksi tersebut. Tanpa adanya enzim, reaksi metabolisme yang terjadi dalam tubuh akan berlangsung sangat lama. Salah satu enzim yang mampu mengubah glukosa menjadi amilum yaitu enzim amilase. Enzim amilase adalah enzim yang mengkatalis hidrolisis pada ikatan 1-4 glikosidik pada produk pati dengan berat molekul rendah, seperti glukosa, maltosa, dan maltotriose. Amilase adalah enzim yang paling penting dan signifikan dalam bidang bioteknologi, industri enzim amilase merupakan kelas industri yang memiliki kurang lebih 25% pasar enzim dunia. Enzim tersebut dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber, seperti tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme. Sekarang banyak mikrobia penghasil amilase yang tersedia secara komersial dan mikrobia tersebut hampir seluruhnya menggantikan hidrolisis kimia pati pada industri produksi pati (Wirawan et al 2017).
                 Jenis-jenis enzim amilase berdasarkan fungsi dan bentuknya, enzim amilase  dibedakan menjadi 3 jenis yaitu α-amilase, β-amilase, dan γ-amilase. Enzim α-amilase adalah jenis enzim amilase yang hanya dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi glukosa atau maltosa. Jenis enzim amilase  ini tidak dapat mengubah atau mengurai senyawa selain karbohidrat. Adapun enzim ptialin yang dihasilkan oleh kelenjar sativa pada liur merupakan salah satu bentuk  enzim α-amilase. Jenis enzim amilase  selanjutnya adalah β-amilase. Enzim ini merupakan enzim amilase  yang disintesis oleh jamur, bakteri, dan tanaman. β-amilase  bekerja dengan menjadi katalis dalam hidrolisis maltosa. Kerja enzim inilah membuat buah menjadi terasa manis. Enzim γ-amilase. Ia bekerja dengan mereduksi amilosa dan amilopektin dalam menghasilkan glukosa. Berbeda dengan jenis amilase lain, γ-amilase dapat bekerja secara efisien dalam lingkungan yang asam dengan pH 3 (Nurkanto 2017).
                Enzim amilase umumnya memiliki efektivitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5-8,0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena terjadi denaturasi protein. Sedangkan untuk suhu, pada suhu 38º C terjadi peningkatan laju reaksi akibat adanya gerak termodinamika yang secara perlahan membentuk produk. Sehingga suhu optimum enzim amilase 38ºC (Nurkanto 2017).
Dalam bidang peternakan, enzim memiliki banyak peran. Dalam tubuh ternak banyak enzim yang berperan sebagai pertumbuhan, reproduksi dan produksi. Enzim tersebut sangat diperlukan dalam jumlah banyak, digunakan dalam proses metabolisme, pencernaan, dan produktivitas. Berbagai enzim yang digunakan secara komersial berasal dari jaringan tumbuhan, hewan, dan dari mikroorganisme yang terseleksi. Enzim yang secara tradisional diperoleh dari tumbuhan termasuk protease (papain, fisin, dan bromelain), amilase, lipoksigenase, dan enzim khusus tertentu. Dari jaringan hewan, enzim yang terutama adalah tripsin pankreas, lipase dan enzim untuk pembuatan mentega (Utami et al 2017). Produk Imugas mengandung berbagai macam tumbuhan, ada yang bersifat sebagai antibakteri dan antiamuba, sehingga mampu meningkatkan fungsi sistem pertahanan tubuh seperti produksi sel darah putih yang menyerang bakteri dan benda asing lainnya, mampu memicu produksi interferon yang merupakan protein spesifik (sitokin) yang dibuat oleh sel sebagai respon adanya benda asing termasuk bakteria. Selain itu dalam produk Imugas juga mengandung minyak atsiri sehingga dapat merangsang dinding kantong empedu, mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang merangsang amilase, lipase dan protease. Enzim-enzim tersebut dapat meningkatkan pencernaan bahan makanan seperti karbohidrat, lemak dan protein. Minyak atsiri cukup banyak manfaatnya, diantaranya adalah dapat mempengaruhui dan merangsang sekresi empedu dan berfungsi sebagai penambah nafsu makan, mempengaruhui kontraksi usus halus (Supomo et al 2016).

 Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengetahui kecepatan maksimum enzim amilase dari air liur sapi atau manusia dalam menghidrolisis amilosa dan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim.

TINJAUAN PUSTAKA

Enzim Amilase
Amilase merupakan sekelompok enzim yang berfungsi sebagai katalitik adalah untuk menghidrolisis pati untuk memberikan polimer yang semakin kecil terdiri dari unit glukosa. Mereka ditemukan pada hewan dan tumbuhan serta diproduksi oleh banyak mikroorganisme. Amilase adalah enzim yang mengkatalisis pemecahan pati menjadi gula. Amilase adalah enzim yang mampu mendegradasi  pati  menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu glukosa (Nurkanto 2017).

Alfa amilase
            Enzim α-amilase adalah jenis enzim amilase yang hanya dapat mengubah karbohidrat menjadi glukosa atau maltosa. Jenis enzim amilase  ini tidak dapat mengubah atau mengurai senyawa selain karbohidrat. Adapun enzim ptialin yang dihasilkan oleh kelenjar sativa pada liur merupakan salah satu bentuk  enzim α-amilase (Derosya dan Kasim 2017).
Saliva Manusia
                Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit
yaitu sodium, potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari protein yang berperan sebagai enzim, yakni immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin, polipeptida, dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan rongga mulut . Saliva terdiri dari 99,5% air dan 0,5% subtansi yang larut (Christian 2017).

Saliva Ternak
Kandungan Saliva ternak terdiri dari air sebanyak 99% dan 1% sisanya terdiri atas mucin, garam-garam anorganik, dan lisozim kompleks. Saliva pada sapi juga mengandung urea, fosfor (P), dan natrium (Na) yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba rumen. Saliva pada sapi tidak mengandung enzim alfa-amilase yang dapat membantu proses pencernaan. Fungsi saliva adalah untuk membasahi pakan agar mudah ditelan dan enjmaga pH rumen agar tidak naik atau turun terlalu tajam, hal ini terjadi karena saliva memiliki sifat buffer (penyangga) dari bikarbinat yang terkandung didalamnya (Hammy 2016).

I2 dalam KI
            Iodin yang dilarutkan dengan KI akan menyebabkan terbentuk larutan yang mengandung ion Triodida. Ion triodida ditambahkan ke dalam air + amilum, maka hasil warna larutan tersebut menjadi merah tua pekat dan agak encer. Padahal seharusnya campuran tersebut berwarna biru tua . Iodida mudah dioksidasi dalam larutan asam menjadi iod bebas degan sejumlah zat pengoksidasi iod bebas ini lalu bisa diidentifikasi dari pewarnaan biru-tua yang dihasilkannya dengan larutan kanji (Febrianti et al 2016).


MATERI DAN METODE
Materi
Alat
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah wadah plastik, tabung reaksi, penanga air, lemari es, spoit, pipet, dan stopwatch.

Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air liur manusia, larutan amilosa 1%, dan larutan I2 dalam KI.

Metode
Uji kecepatan enzim amilase. Alat dan bahan dipersiapkan. Siapkan lima buah tabung reaksi diberi label sesuai waktu yang akan di uji, yakni 30, 60, 90, 120, dan 150 detik. Amilosa sebanyak 5 ml dan air liur sebanyak 5 tetes dimasukan kedalam setiap tabung. Masukan 2 tetes I2 dalam KI dengan berurutan sesuai waktu yang ditentukan dan amati perubahan warna yang terjadi.
            Uji pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim amilase. Alat dan bahan dipersiapkan. Siapkan empat tabung reaksi dan beri label suhu yang akan di uji, yakni 0, 30, 50, dan 70 oC. Amilosa sebanyak 3 ml dan 5 tetes air liur dimasukan kedalam setiap tabung. Setiap tabung reaksi diberi perlakuan suhu sesuai label selama 15 menit lalu didiamkan sampai mencapai suhu ruang kemudian masukan I2 dalam KI dan amati perubahan warna yang terjadi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kandungan amilum yang telah diperoleh kelompok 3 dengan perlakuan pH dalam waktu yang ditentukan. Larutan yang diberi perlakuan pH dalam waktu yang berbeda memperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 1 Kecepatan aktivitas enzim amilase.
Waktu
Kandungan Amilum
30
+++
60
+++
90
+++
120
+++
150
+++
Keterangan : +++ = biru sangat pekat, ++ = biru, + = biru agak pekat, dan - = tak bewarna.

Kandungan amilum yang telah diperoleh kelompok 3 dengan perlakuan suhu yang ditentukan. Larutan yang diberi perlakuan suhu yang berbeda memperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 2 Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim amilase.
Suhu ( oC)
Kandungan Amilum
0
-
30
-
50
-
70
+++
Keterangan : +++ = biru sangat pekat, ++ = biru, + = biru agak pekat, dan - = tak bewarna.

Pembahasan
            Amilase merupakan kelompok enzim yang berperan dalam mengkatalisis karbohidrat kompleks berupa amilum menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Istilah amilase diambil dari nama substratnya yaitu amilum dan diakhiri dengan sufiks –ase yang merupakan ciri khas nama enzim. Enzim amilase memiliki peranan penting di dalam tubuh. Enzim ini dihasilkan oleh organ – organ pencernaan untuk membantu mengkatalisis pemecahan senyawa makanan secara kimiawi. Kelenjar liur atau saliva mensekretkan ludah yang mengandung enzim amilase atau yang lebih dikenal sebagai ptyalin (Sari 2016).
Faktor yang mempengaruhi reaksi enzim antara lain konsentrasi enzim, suhu, pH, dan spesifitas enzim (Syaiful et al 2017). Kerja enzim amilase dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama substrat, suhu, pH (keasaman), kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dpaat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Diluar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini dapat menyebabkan enzim kehilangan fungsinya. Kerja enzim juga dapat dipengaruhi oleh fakror lain seperti inhibitor (Rinto et al 2017).
            Seluruh enzim peka terhadap perubahan derajat keasaman (pH). Enzim menjadi nonaktif bila diperlakukan pada asam basa yang sangat kuat. Sebagian besar enzim dapat bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan yang agak sempit. Di luar pH optimum tersebut, kenaikan atau penurunan ph menyebabkan penurunan aktifitas enzim dengan cepat. Umumnya terdapat pH optimum agar suatu enzim dapat berfungsi maksimum dan aktivitas enzim akan menurun pada pH yang lebih tinggi atau lebih rendah. Diwakili oleh kurva yang berbentuk lonceng, tetapi untuk enzim lain mungkin kurvanya relatip datar Kadang gambaran hubungan yaitu dengan aktivitas enzim dengan pH diwakili oleh kurva berbentuk lonceng, tetapi untuk enzim lain mungkin kurvanya relatif datar, pH optimum sering dalam kisaran antara pH 6 sampai pH 8 (Rinto et al 2017).
Hasil praktikum yang diperoleh kelompok 3 menunjukan waktu tidak mempengaruhi aktivitas enzim amilase. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan suhu dimulai dari 30 hingga 150 kandungan amilum sama yaitu dengan melihat warna larutan biru pekat semua. Hal ini tidak sesuai dengan Adam dan Shovitri (2010) bahwa dengan pH yang sama, misal pada pH 5, nilai aktivitas enzim berbanding terbalik dengan kenaikan waktu inkubasi. Semakin lama waktu inkubasi, maka semakin turun nilai aktivitas enzimnya.
Berdasarkan percobaan dengan perlakuan suhu , kelompok 3 memperoleh hasil suhu 70OC memiliki kandungan amilum yang tinggi dan satu-satunya yang memiliki kandungan amilum. Hal ini tidak sesuai dengan Nurkanto (2017) bahwa enzim memiliki suhu optimum yaitu sekitar 180-230C atau maksimal 400C karena pada suhu 450C enzim akan terdenaturasi karena salah satu bentuk protein.
.
           

SIMPULAN
       Kecepatan optimum enzim amilase dari air liur manusia dalam menghidrolisis amilosa semakin lama akan semakin cepat hal ini akan mengakibatkan larutan semakin biru pekat. Pengaruh suhu terhadap enzim amilase, semakin panas larutan akan semakin pekat. Enzim amilase akan bekerja optimum pada suhu tertentu dan tidak terlalu tinggi maupun rendah.
      
DAFTAR PUSTAKA
Adam , Shovitri M. 2010. Pengaruh waktu dan pH inkubasi terhadap aktivitas enzim keratinase dari isolat bacillus SLII-I . Jurnal Biologi. 4(3): 1-9.
Budiman F, Gozali DST, Suliasih DSN. 2017. Pengaruh konsentrasi enzim papain (Carica papaya L) dan suhu permentasi terhadap karkteristik crakers. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. 2(3): 5-13.
Christian S. 2017. Perbedaan pH dan viskositas saliva setelah mengkonsumsi nasi putih (Oryza sativa), ubi cilembu (Ipomoea batatas cultivar cilembu) dan ubi ungu (Ipomoea batatas cultivar ayumurasaki) [tesis]. Jember (ID): Universitas Jember.
Derosya V, Kasim A. 2017. Optimasi produksi maltodekstrin berbasis pati sagu menggunakan alfa amilase dan metode spray drying. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. 21(1): 29-32.
Febrianti N, Rohmana IR, Yunianto I, Putri RD. 2016. Perbandingan aktivitas antioksidan buah pepaya (Carica papaya L.) dan buah jambu biji merah (Psidium guajava L.). Jurnal Biologi. 2(11): 17-24.
Hammy H. 2016. Kajian histokimia sebaran karbohidrat pada kelenjar mandibularis dan kelenjar malinguanis ayam petelur (Gallus sp.) Histochemical Study of Mandibular and Lingual Glands Carbohydrate Distribution in Layer (Gallus sp.). Jurnal Medika Veterinaria. 10(2): 43-55.
Nurkanto A. 2017. Studi kelimpahan aktinomisetes tanah dan hubungannya terhadap enzim selulase,  amilase, total karbon, dan nitrogen  hutan pasca kebakaran bukit bangkirai Kalimantan Timur. Jurnal Biologi Indonesia. 5(3): 81-89.
Rinto R, Dewanti R, Yasni S, Suhartono MT. 2017. Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat penghasil inhibitor enzim HMG-KoA reduktase dari bekasam sebagai agen pereduksi kolesterol. Jurnal Agritech. 35(5):309-315.
Sari H. 2016. Pengaruh berkumur larutan ekstrak bongol nanas (Ananas comosus L.) terhadap peningkatan pH saliva rongga mulut [skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.
Supomo, Eka SS, Ine V. 2016. Pemanfaatan ekstrak herbal terhadap produktivitas dan mutu ayam pedaging sebagai upaya ketahanan pangan di Kalimantan Timur berbasis peternakan ramah lingkungan. Jurnal Ilmiah Manuntung. 2(1): 93-98.
Syaiful M, Saputra D, Permana SD. 2017. Konsentrasi enzim dan waktu terhadap persen hidrolisa CPO menggunakan immobilisasi enzim dengan bantuan zeloit. Jurnal Teknik Kimia. 4(22): 42-49.
Utami T, Al-Baarii AN, Legowo AM. 2017. Pengambilan enzim peroksidase dari daun tomat dengan teknik pertukaran ion. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 6(2): 44-64.
Wirawan SK, Rismijana R, Hidayat T. 2017. Aplikasi alfa amilase dan selulase pada proses deinking kertas bekas campuran. Jurnal Selulosa. 43(1): 11-18.















                                                       LAMPIRAN               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar