LAPORAN AKHIR PEMELIHARAAN
AYAM BROILER NUTRISI TERNAK UNGGAS
Kelompok 1
Nama Anggota:
1. Dwi Irmadani (D24160017)
2.
Risan
Khaerani (D24160019)
3.
Innaka
Hasbullah (D24160022)
4.
Siti
Julaeha (D24160025)
5. Ananda Mardhatillah (D24160044)
6.
Evri Choiriyah Al Firdaus
(D24160051)
7.
Ahmad Sueb Novrizal (D24160054)
8.
Resi
Zulastri
(D24160064)
9.
Muhammad Faizal Rachmat (D24160100)
10.
Rizky
Dahlia Wati (D24160106)
11.
Fahmi
Herawan (D24160112)
12. Irvan Triansyah (D24160115)

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI
DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Broiler
adalah jenis ternak unggas ras unggul hasil persilangan antara bangsa ayam cornish
dari Inggris dengan ayam white play
mounth Rock dari Amerika (Siregar dan Sabrani 1980). Ayam broiler umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu
dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai sumber
pedaging (Kartasudjana 2005) dan ayam tersebut masih muda serta dagingnya lunak
(North dan Bell 1990). Peternakan
ayam broiler merupakan usaha yang sangat menjanjikan bila pemeliharaannya di
laksanakan dengan baik dan tepat. Manajemen pemeliharaan dan teknik pemberian
pakan yang tepat sangat mempengaruhi tingginya produksi yang dihasilkan, untuk
itu perlu diperhatikan bagaimana proses dan tata cara pemberian pakan khusus
ayam pedaging
Bahan pakan yang dibutuhkan untuk
menunjang peningkatan berat badan ayam broiler harus mengandung nutrisi yang
baik seperti Protein, Vitamin, Karbohidrat, Lemak, Mineral, Air, dan
Feed-supplement sehingga gizi dan bobot dalam tubuh tetap terjaga sampai masa
panen. Teknik pemberian pakan untuk ayam pedaging sebaiknya 40% diberikan pada
pagi hari, 40% pada sore hari, dan 20% diberikan pada malam hari dengan
frekuensi pemberian pakan ayam pedaging lebih banyak (8-9 kali) pada minggu
pertama, 6-7 kali pada minggu kedua, 4-5 pada minggu ketiga, dan 2-3 kali pada
minggu keempat hingga panen. Pemberian pakan pada siang hari (suhu udara
tinggi/pukul 12.00-13.00) sebaiknya tidak dilakukan (Avisnu 2016).
Rasio konversi pakan didefinisikan sebagai
jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram bobot hidup,
dengan cara menghitung rasio antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot
badan ayam. Beberapa hal yang memengaruhi FCR yaitu kualitas bibit day old
chick (DOC), kualitas nutrisi (air, pakan), kualitas manajemen pemeliharaan,
dan kualitas kandang. Nilai FCR yang semakin kecil berarti efisiensi pakan
semakin baik. Dengan memperbaiki nilai FCR, akan berefek terhadap emisi ingkungan
dan dapat menurunkan dampak buruk dari hewan produksi terhadap lingkungan (Willems
et al. 2013).
Indeks
Performa (IP) adalah suatu formula yang umum digunakan untuk mengetahui
performa ayam broiler. Semakin besar nilai IP yang diperoleh, semakin baik
performa ayam dan semakin efisien penggunaan pakan (Fadilah et al. 2007). Nilai indeks performa dihitung dari
besarnya rataan bobot badan siap potong, konversi pakan, umur panen dan jumlah
persentase ayam hidup selama satu periode pemeliharaan (Saepulmilah 2010). Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka praktikum ini penting untuk dilakukan.
Tujuan
Pemeliharaan ini bertujuan mengetahui cara
memelihara ayam broiler, manajemen pemberian pakan, jumlah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, mortalitas, FCR, serta Indeks
Performan yang dihasilkan
selama pemeliharaan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Jagung
Jagung kuning merupakan salah satu
komponen bahan pakan,dan menempati urutan tertinggi dalam hal persentase
komponen bahan pakan dalam ransum ayam broiler. Jagung kuning merupakan makanan
yang digemari ayam broiler karena jagung kuning mempunyai pigmen crytoxanthin
yang merupakan precusor vitamin A yang menyebabkan warna yang menarik pada
karkas ayam broiler. Ayam broiler tidak akan makan jagung berlebihan (tidak
lebih dari 33%) karena kualitas protein dan asam amino yang terkandung
membatasi pemakaian jagung kuning sebagai bahan makanan sumber energi yang
handal.
Jagung mempunyai kandungan protein kasar
yang beragam,mulai dari 8%-13%. Hal ini terjadi karena varietas jagung,kualitas
tanah dan usia panen jagung itu sendiri,tetapi jagung mempunyai kandungan
energy metabolisme (ME) sebesar 3430 kkal/kg,lemak 3,9%,serat kasar 2%,kalsium
0,02%,fosfor 0,3% dan energy tercerna (DE) yang baik. Kandungan serat kasarnya
rendah tetapi kualitas proteinnya tidak tinggi. Ayam broiler masa awal
sebaiknya jagung digunakan tidak lebih dari 25% dan tidak kurang dari
10%.Sedangkan untuk masa akhir maksimum 28%-31% dan dianjurkan tidak kurang
dari 5%. (Anggrodi 1985).
Dedak
Padi
Dedak padi merupakan hasil ikutan
penggilingan padi yang berasal dari lapisanluar beras pecah kulit dalam proses
penyosohan beras. Proses pengolahan gabah menjadi beras akan menghasilkan dedak
padi kira-kira sebanyak 10% pecahan-pecahan beras atau menir sebanyak 17%,
tepung beras 3%, sekam 20% dan berasnya sendiri 50%. Persentase tersebut sangat
bervariasi tergantung pada varietas dan umur padi, derajat penggilingan serta
penyosohannya . Dedak padi mengandung energi metabolis sebesar 2980 kkal/kg,
protein kasar 12.9%, lemak 13%, serat kasar 11,4%, Ca 0,07%, P tersedia 0,22%,
Mg 0,95% serta kadar air 9
(Rasyaf
1990).
Mineral
Mineral ialah suatu senyawa
anorganik yang menyusun ± 4% tubuh ayam. Ketersediaannya harus disuplai dari
luar, misalnya melalui ransum, karena tubuh ayam tidak bisa memproduksinya. Di
pasaran sendiri, mineral anorganik banyak diproduksi, baik yang berbentuk
campuran (mineral mix) maupun bentuk tunggal (garam karbonat, garam klorida,
garam sulfat dan garam fosfat). Dalam perkembangannya, saat ini beberapa macam mineral juga
hadir dalam bentuk mineral organik, yaitu mineral anorganik yang digabungkan
dengan senyawa organik seperti asam amino, asam organik atau polisakarida.
Contoh sediaan mineral organik ini antara lain metal amino acidcomplex (gabungan
mineral besi dengan asam amino), metal organic acid (gabungan
besi dengan asam organik) dan metal polysaccharide(gabungan besi
dengan polisakarida). Selain metal (besi, red), mineral yang telah tersedia
dalam bentuk organik antara lain zinc, mangan dll. Dalam ransum ayam, kebutuhan mineral tidaklah dominan dan biasanya hanya
berkisar 5-8% dari total ransum. Namun yang perlu digaris bawahi ialah bahwa
kebutuhan mineral bagi ayam modern saat ini ternyata sudah jauh lebih tinggi
bila dibandingkan dengan kebutuhan ayam zaman dahulu (Abidin 2002).
Pertambahan
Bobot Badan
Pertambahan bobot badan (PBB) adalah
tingkat kecernaan yang dimiliki ayam broiler dalam mengubah ransum menjadi
bobot badan dan digunakan sebagai kriteria dalam mengukur pertumbuhan. Proses
pertambahan bobot hidup dan pertambahan semua bagian tubuh secara merata dan
serentak disebut pertumbuhan (Maynard et al., 1979). Menurut Rose (1997),
pertumbuhan itu mencakup empat komponen utama seperti peningkatan ukuran
skeleton, total lemak tubuh dalam jaringan adipose dan ukuran bulu, kulit dan
organ dalam karena ukuran sel dalam tubuh mengalami peningkatan secara
individual. Peningkatan bobot badan ayam selama seminggu tidak selalu terjadi
secara seragam (Bell dan Weaver 2002). Peningkatan pertumbuhan pada ayam
pedaging selalu naik hingga mencapai pertumbuhan maksimal selama seminggu,
walaupun kemudian mengalami penurunan. Bonnet et al. (1997) menyatakan bahwa
PBB ayam pedaging yang dipelihara pada suhu lingkungan 32 ºC dengan umur 4 s/d
6 minggu adalah sebesar 515 gram/ekor, dan sebesar 1084 gram/ekor pada suhu 22
ºC.
Pengaruh
suhu
Kelangsungan
hidup ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur dan kelembaban
relatif. Ayam dikenal sebagai hewan homeotermis dan mudah beradaptasi dengan
lingkungan, walaupun temperatur lingkungan berubah, ayam dapat mengatur suhu
tubuhnya relatif konstan. Suhu 21 ºC adalah suhu lingkungan yang kondisinya
optimal bagi ayam (Suprijatna et al., 2005). Kelembaban relatif yang tinggi
akan menghambat penguapan panas, dalam kondisi ini biasanya ayam akan mengalami
panting. Kelembaban 50-60% adalah yang paling baik dan optimal untuk
pertumbuhan ayam broiler (Appleby et al., 2004). Ayam broiler yang berumur
lebih dari tiga minggu biasanya kurang toleran terhadap suhu lingkungan yang
tinggi (Gunawan dan Sihombing, 2004). Keadaan suhu lingkungan dan kelembaban
optimum berubah menjadi 20-25 ºC dan 50-70%
pada ayam broiler berumur diatas tiga minggu (Borges et al., 2004). Ayam
akan menggunakan sebagian besar nutrien yang ada di dalam tubuh untuk
memproduksi panas tubuh ketika suhu tubuh ayam broiler lebih rendah daripada
suhu lingkungan (Bruzual et al., 2000).
Indeks Penampilan
(IP)
Menurut
Fadilah (2004), IP >200 termasuk kedalam kriteria yang efisien, sedangkan
nilai IP ≤400 termasuk kedalam kriteria yang kurang istimewa (Santoso dan
Sudaryani, 2009). Keefektifan suatu pemeliharaan ayam pedaging yang dilakukan
suatu peternakan ditandai dengan tingginya nilai IP. Nilai IP yang diperoleh
dipengaruhi oleh faktor konversi pakan dan bobot badan. Menurut Fadilah (2004)
nilai IP dapat digunakan sebagai indikator berproduksi dengan mempertimbangkan
bobot badan akhir, konversi pakan, persentase jumlah ternak yang hidup, dan
lama pemeliharaan. Evaluasi terhadap penerapan manajemen pemeliharaan dilakukan
ketika nilai IP lebih rendah dari standar. Indeks Performa (IP) sangat penting
karena merupakan salah satu media dalam mengetahui performa ayam broiler. Nilai
IP yang besar mengindikasikan bahwa prestasi ayam dan semakin efisien
penggunaan pakan semakin baik. Nilai IP diperoleh dengan cara menghitung bobot
badan siap potong, konversi pakan, umur panen, dan jumlah persentase ayam hidup
yang diperoleh selama pemeliharaan (Kamara, 2009).
Ayam
broier
Broiler
adalah jenis ternak unggas yang memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat.
Keunggulan broiler didukung oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan yang
meliputi makanan, temperatur lingkungan, dan pemeliharaan (Umam et.al). Ayam broiler umumnya dipanen
pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang
bertujuan sebagai sumber pedaging dan ayam tersebut masih muda serta dagingnya
lunak (Kartasudjana 2005).
CPO
Minyak sawit kasar (CPO/ crude palm oil) yang diekstrak dari
mesokarp buah sawit, mengandung asam lemak poli tak jenuh (polyunsaturated fatty
acid–PUFA) relatif tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi dan
sumber asam lemak tidak jenuh dalam ransum. Komposisi asam lemak dalam CPO
adalah 0,25% laurat (C12:0), 1,36% miristat (C14:0), 42,59% palmitat (C16:0),
0,13% stearat (C18:0), 43,24% oleat (C18:1), 12,15% linoleat (C18:2), dan 0,29%
linolenat (C18:3). Minyak kelapa sawit juga mengandung asam lemak jenuh (SAFA),
yaitu palmitat 44,3%, stearat 4,6%, miristat 1,0%; asam lemak tidak jenuh
tunggal (MUFA), yaitu (oleat 38,7%); asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA), yaitu
linoleat 10,5% dan lainnya sebesar 0,9%.
Bungkil
kedelai
Bungkil Kedelai atau biasa disebut
Soyabean Meal merupakan salah satu bahan baku utama dalam pembuatan pakan
ternak setelah Jagung. Kebutuhan akan bungkil kedelai bagi industri pakan
ternak di indonesia umumnya didatangkan dari empat negara utama, yakni
Argentina, Brazil, Amerika dan India. Dilihat dari besarnya kebutuhan impor
oleh industri pakan dan potensi pertumbuhan industri ini kedepannya, maka
perusahaan-perusahaan trading bahan baku pakan, khususnya bungkil kedelai
berusaha memasuki dan memantapkan posisinya di pasar Indonesia, hal ini
menyebabkan perubahan peta kompetisi pada pasar Indonesia. Kondisi dimana
persaingan menjadi lebih ketat ini menuntut perusahaan untuk dapat segera
melakukan perubahan agar dapat tetap bertahan ataupun berkembang di pasar yang
memiliki pertumbuhan permintaan yang besar ini (Ariotonang et al 2015).
MATERI
DAN METODE
Materi
Alat yang digunakan pada praktikum
ini, yaitu kandang ayam, tempat pakan, tempat air minum, gantungan pakan dan
minum, vitamin, vaksin, sapu lidi, timbangan, lampu 60 dan 100 watt, ember,
sekam, brooder, dan tirai. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah DOC
(Day Old Chicken), pakan starter komersial, campuran pakan grower-fiisher
(jagung kuning 55%, dedak padi halus 12%, bungkil kedelai 14.20%, CGM lokal 8%,
MBM 6%, CPO 4%, CaCO3 0.2%, dan DL-Methionin 0.3%).
Metode
Alat-alat dan kandang disiapkan dan
disterilisasi. Lampu dan brooder disiapkan. DOC dimasukkan ke dalam brooder
ditimbang bobot badan DOC. Ayam dipisahkan sebanyak 10 ekor setiap brooder dan
diberikan pakan starter komersial dan minum secara ad libitum selama 1 minggu pertama. Pakan yang diberikan tetap
dengan jumlah 550 gram per hari. Lalu, minggu ketiga dilakukan penimbangan
kembali kemudian ditetapkan pakan total sebanyak 1 kg per hari. Penimbangan
dilakukan kembali pada minggu keempat dan dilakukan perlakuan pakan, yaitu
dengan menggunakan ransum yang sudah dibuat sebelumnya dengan pemberian pakan
dilakukan 3 kali sehari (pagi, siang, dan sore) selama pemeliharaan.
Penimbangan bobot badan dan sisa pakan dilakukan setiap minggu untuk
mendapatkan pertambahan bobot badan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan pemeliharaan ayam
selama 4 minggu didapatkan data pemeliharaan sebagai berikut.
Tabel 1 data pemeliharaan ayam broiler.
Variable yang diamati
|
Minggu ke-1
|
Minggu ke-2
|
Minggu ke-3
|
Minggu ke-4
|
Bobot Badan (g/ekor)
|
144.385
|
294
|
660
|
890
|
Konsumsi (g/ekor)
|
-
|
-
|
427.78
|
575.56
|
PBB (g/ekor)
|
-
|
149.62
|
366
|
230
|
Mortalitas (%)
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Keseragaman (%)
|
100
|
-
|
55.56
|
33.34
|
Indeks Performance (%)
|
-
|
-
|
-
|
170.28
|
FCR (%)
|
-
|
-
|
1.17
|
2.50
|
Pembahasan
Ayam broiler merupakan ayam unggul
di mana produksi tertingginya akan tercapai apabila didukung oleh pakan
yang berkualitas. Ayam broiler tidak akan tumbuh
optimal jika asupan nutrisinya
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan.
Kurangnya asupan makanan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila hal ini terjadi secara terus menerus akan menyebabkan ternak kehilangan berat badannya.
Pertambahan bobot badan diperoleh dari perbandingan antara selisih dari bobot akhir dan bobot awal dengan lamanya pemeliharaan
(Fahrudin 2016). Faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan adalah perbedaan jenis kelamin,
konsumsi pakan,
lingkungan, bibit dan kualitas pakan
(Uzer 2013). Berdasarkan hasil pemeliharaan ayam broiler
selama 4 minggu, didapat hasil bahwa terjadi pertumbuhan dan pertambahan bobot badan
yang berbeda-beda. Pertambahan bobot badan
mengalami kenaikan pada minggu ketiga dan mengalami penurunan pada minggu
keempat.
Keseragaman merupakan faktor penting dalam pemeliharaan ayam
broiler. Keseragaman menjadi ukuran variabilitas ayam dalam suatu populasi. Keseragaman
yang baik dapat diartikan bahwa berat badan ayam dalam satu populasi memiliki kesamaan. Menurut Fadilah dan Fakhturoji
(2013) bahwa tingkat keseragaman
yang baik harus mencapai
80 %. Berdasarkan hasil pemeliharaan, keseragaman yang
diperoleh belum mencapai angka maksimal, pada minggu ketiga keseragaman hanya
55,56% dan menurun pada minggu keempat yaitu 33,34%. Menurut Fadilah (2013), keseragaman yang rendah dikarenakan beberapa faktor,
yaitu kepadatan kandang,
ketersediaan pakan dan minum serta distribusinya,
suhu, pencahayaan, dan kelembaban.
Kepadatan kandang
yang terlalu tinggi akan menyebabkan beberapa masalah diantaranya adalah,
tingkat konsumsi pakan berkurang,
pertumbuhan ayam terhambat,
efisiensi pakan berkurang,
tingkat kematian meningkat,
dan kasus kanibalisme meningkat.
Ransum dan
air minum merupakan dua unsur utama
yang diperlukan untuk pertumbuhan ayam. Keterbatasan untuk mendapatkan kedua unsure tersebut akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan.
Jumlah dan distribusi
yang terbatas akan mengakibatkan peningkatan kompetisi ayam dalam mendapatkan makanan dan minum.
Akibatnya ayam
yang kalah dalam kompetisi memiliki sediki tkesempatan memperoleh nutrisi dan sebaliknya,
ayam yang menang dalam kompetisi mendapatkan jumlah
yang lebih banyak sehingga berat badannya lebih besar. Semakin bertambah umur,
ayam semakin membutuhkan suhu kandang
yang lebih sejuk
(setyono et al. 2013).
Pakan yang dikonsumsi oleh unggas pedaging akan dikonversikan menjadi jaringan otot (daging), bulu, dan energi. Banyaknya pakan yang dikonsumsi oleh ternak disebut konsumsi. Perbandingan antara pakan yang dikonsumsi dengan kilogram otot yang dihasilkan disebut
dengan FCR. Nilai FCR merupakan perbandingan antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan yang
diperoleh dalam jangka waktu tertentu, FCR dapat digunakan untuk mengukur produktivitas ternak (Nugraha et al. 2017). Berdasarkan hasil
pemeliharaan kelompok 1, FCR yang diperoleh pada minggu ketiga adalah 1,17 dan mengalami
peningkatan pada minggu keempat yaitu 2.50. Menurut (Rasyaf 1994) apabila konversi
pakan semakin tinggi, maka telah terjadi pemborosan pakan. Semakin kecil nilai
konversi ransum maka semakin efisien ternak tersebut dalam mengkonversikan
pakan ke dalam bentuk daging. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor menurut Lacy dan Vest (2000), menyatakan beberapa faktor utama
yang mempengaruhi konversi ransum adalah genetik, kualitas ransum, penyakit,
temperatur, sanitasi kandang, ventilasi, pengobatan, dan manajemen kandang.
Faktor pemberian ransum, penerangan juga berperan dalam mempengaruhi konversi
ransum, laju perjalanan ransum dalam saluran pencernaan, bentuk fisik ransum
dan komposisi nutrisi ransum.
Nilai indeks performa
yang lebih tinggi menunjukkan pemeliharaan ternak ayam pedaging
yang lebih efisien dan baik. Indeks produksi dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut
: jika IP <300 berarti masuk criteria kurang,
jika IP 301-325 berarti masuk criteria cukup,
jika IP 326-350 berarti masuk criteria baik,
jika IP 351-400 berarti masuk criteria sangat baik dan jika
IP >400 berarti masuk criteria istimewa.
Faktor IP digunakan sebagai acuan, karena selain mempertimbangkan bobot badan dan konversi pakan,
juga mempertimbangkan tingkat presentase kematian serta
lama pemeliharaan (Santoso dan Sudaryani
2009). Indeks
performa yang diperoleh kelompok kami sebesar 170,28. Hal ini menandakan bahwa
ayam broiler hasil pemeliharaan kami masih memiliki IP dengan kriteria yang
kurang dari standar.
SIMPULAN
Pertambahan bobot badan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu perbedaan jenis kelamin,
konsumsi pakan,
lingkungan, bibit, dan kualitas pakan.
Konsumsi pakan meningkat dari minggu ketiga ke minggu keempat. Keseragaman,
FCR, pertambahan bobot badan, dan indeks performa dalam pemeliharaan belum
mencapai target atau belum maksimal. Hal tersebut akan maksimal apabila dalam
pemeliharaan harus teliti dan menjaga kebersihan kandang.
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin, Z. 2002. Meningkatkan Produksi Ayam Pedaging.
Agromedia Media. Jakarta.
Anggrodi.
1985. Ilmu Makanan Ternak Umum.
Jakarta (ID): Gramedia
Appleby,
M. C., J. A. Mench & B. O. Hughes. 2004. Poultry Behaviour and Welfare.
Wallingford (UK) : CAB International.
Aritonang
P.A, Daryanto A, Hendrawan D.S. Analisis pengaruh bauran pemasaran terhadap
keputusan pembelian bahan baku kedelai pada industri pakan ternak di Indonesia.
JAM 13(3): 474-482.
Avisnu
R D. 2016. Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap pertambahan berat badan
ayam broiler di peternakan bapak erwin bagus desa bandarasri kecamatan ngoro
kabupaten mojokerto [tugas akhir]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Bell,
D. D & W. D Weaver Jr. 2002. Commercial
Chicken Meat and Egg Production. 5th Ed. New York (US) : Springer Science
Business Media, Inc.
Borges,
S.A., F.A.V. Da Silva, A. Maiorka, D.M. Hooge & K.R. Cummings. 2004.
Effects of diet and cyclic daily heat stress on electrolyte, nitrogen and water
intake, excretion and retention by colostomized male broiler chickens. Int. J. Poult. Sci. 3(5):313 – 321.
Bruzual,
J. J., S. D. Peak, J. Brake & E. D. Pleebest. 2000. Effect of relative
humidity during the last five days of incubation and brooding temperature 34 on
performance of broiler chicks from young broiler breeders. Poult. Sci. 79: 1385-1391.
Fadilah R dan Fatkhuroji.
2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur. Jakarta (ID):
Agromedia.
Fadilah
R. 2004. Ayam Broiler Komersial.
Jakarta (ID) : Agromedia Pustaka Utama.
Fadilah
R. 2013. Super Lengkap Beternak Ayam
Broiler. Jakarta(ID):
Agromedia.
Fadillah RA. Polana, S Alam, E
Parwanto. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
Fahruddin
A. 2016. Konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam lokal di Jimmy’s Farm Cipanas Kabupaten Cianjur. Bandung (ID): Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.
Gunawan
dan D. T. H. Sihombing. 2004. Pengaruh suhu lingkungan tinggi terhadap kondisi
fisiologis dan produktivitas ayam buras. BPTP Bengkulu dan Fakultas Peternakan
IPB, Bogor. Wartazoa. 14 (1) : 31-38.
Kamara
T. 2009. Menghitung indeks performa ayam
broiler. Bandung (ID) : Universitas Padjajaran Press.
Kartasudjana, R. 2005. Manajemen Ternak Unggas. Bandung (ID):
Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran Press.
Lacy
M, Vest LR. 2000. Improving feed conversion in broiler : a guide for Growers. Bogor (ID) : Research Institute for
Animal Production.
Maynard,
L. A., C. K. Loosli., H. F. Hints, & R. G. Warner. 1979. Animal Nutrition 6th. New Delhi (IN) :
Mc. Graw-Hill Publishing Co.Ltd.
North MO, DD Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th
Ed. Wesport, Connecticut. The Avi Publishing Company Inc.
Nugraha YA, Nissa K, Nurbaeti N, Amrullah FM, Harjanti DW. 2017.
Pertambahan bobot badan dan feed conversion rate ayam broiler yang dipelihara menggunakan desinfektan herbal. Jurnal Ilmu Ilmu Peternakan. 27 (2) : 19-24.
Rasyaf
M. 1990. Bahan Makanan Unggas di
Indonesia. Yogyakarta (ID):
Rasyaf
M. 1994. Beternak Ayam Pedaging.
Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.
Rose
S.P. 1997. Principle of Poultry Science. New York (US) : CAB International.
Saepulmilah
A. 2010. Performa ayam broiler yang diberi pakan komersial dan pakan nabati
dengan penambahan dysapro. [Skripsi].
Bogor (ID) : Fakultas Peternakan IPB.
Santoso H dan Sudaryani
T. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging
di Kandang Panggung Terbuka. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.
Setyono J,
Ulfah M dan Suharti S. 2013. Sukses Meningkatkan Produksi Ayam Petelur. Jakarta(ID):
Penebar Swadaya.
Siregar A P, dan Sabrani. 1980. Teknik Modern Beternak
Ayam. Jakarta (ID) : PT. Yasaguna.
Suprijatna E, U Atmomarsono, dan R Kartasudjana. 2005.
Ilmu Dasar Ternak Unggas. Bogor (ID)
: Penebar Swadaya.
Tiven
N.C, Yusiati L.M, Rusman, dan Santoso U. 2011. Ketahanan Asam Lemak Tidak Jenih
dalam Crude Palm Oil Terproteksi terhadap Aktivitas Mikrob Rumen Domba in
Vitro. JTIV 34(1): 42-49.
Umam
MK, Prayogi HS, Nurgiartiningsih VMA. Penampilan produksi ayam pedaging yang
dipelihara pada system lantai kandang panggung dan kandang bertingkat. J. Ilmu-Ilmu Peternakan. 24(3): 79-87.
Uzer F,IriyantiN. 2013. Penggunaan pakan fungsional dalam ransum terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan ayam
broiler. J. Ilmiah Peternakan. 1(1):
282-288.
Willems
OW, Miller SP, Wood BJ. 2013. Aspects of selection for feed efficiency in meat
producing poultry. World’s Poultry
Science Journal. 69: 77-88.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar