Laporan Praktikum ke-10 Hari/tanggal
: Kamis/4 Mei 2017
Biokimia Nutrisi Tempat
Praktikum : Laboratorium Terpadu
Asisten: Noor Ashila F D24130122
PENGARUH pH TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
Irvan Triansyah
D24160115
Kelompok 3
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI
PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Enzim
merupakan unsur yang mempercepat perubahan kimiawi yang diperlukan oleh
kehidupan. Tanpa enzim perubahan-perubahan tersebut akan sangat lambat, bahkan
tidak akan terjadi. Setiap enzim merupakan protein khusus yang disesuaikan dengan
proses kimiawi tertentu (Sriyundiyati et al 2013). Enzim sangat
berperan didalam tubuh. Kerja enzim dapat mempercepat atau memperlambat reaksi
kimia, mengatur jumlah reaksi yang berbeda dalam waktu yang sama dan enzim
dapat mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi yang diperlukan
untuk berlangsungnya reaksi tersebut. Tanpa adanya enzim, reaksi metabolisme
yang terjadi dalam tubuh akan berlangsung sangat lama. Dalam tubuh ternak
banyak enzim yang berperan sebagai pertumbuhan, reproduksi dan produksi. Enzim
tersebut sangat diperlukan dalam jumlah banyak, digunakan
dalam proses metabolisme, pencernaan, dan produktivitas. Berbagai enzim yang digunakan secara
komersial berasal dari jaringan tumbuhan, hewan, dan dari mikroorganisme yang
terseleksi. Enzim yang secara tradisional diperoleh dari tumbuhan termasuk
protease (papain, fisin, dan bromelain), amilase, lipoksigenase, dan enzim
khusus tertentu. Dari jaringan hewan, enzim yang terutama adalah tripsin
pankreas, lipase dan enzim untuk pembuatan mentega (Utami et
al. 2017).
Ada 4 dasar macam-macam
enzim yaitu berdasarkan tempat enzim bekerja, yaitu Endoenzim (enzim intraseluler)
merupakan enzim yang kerjanya di dalam sel. Eksoenzim (enzim ekstraseluler) merupakan
enzim yang kerjanya di luar sel. Berdasarkan cara terbentuknya, yaitu Enzim
konstitutif yaitu enzim yang jumlahnya dipengaruhi oleh kadar molekul awalnya
(substrat). Contohnya adalah enzim amilase yang terdapat pada saliva. Enzim
adaptif yaitu enzim yang pembentukannya distimulasi oleh adanya substrat,
misalnya enzim β-galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E.coli yang
ditumbuhkan di dalam medium yang mengandung laktosa. Berdasarkan proses
metabolismenya, yaitu Enzim katalase merupakan enzim yang bersifat antioksidan
pada makhluk hidup akibat fungsinya yang membantu mengubah hidrogen peroksida
(H2O2) yang berasal dari respirasi (pernafasan) menjadi
air (H2O) dan oksigen (O2). Hal ini dilakukan oleh tubuh
melalui enzim katalase karena H2O2 bahaya bagi tubuh
karena mudah bereaksi (oksidator kuat) dan bersifat korosif. Enzim oksidase merupakan
enzim yang fungsinya untuk mempercepat penggabungan ikatan oksigen (O2)
pada substrat tertentu yang spesifik dengan mengkatalisis transfer elektron,
dan pada waktu yang bersamaan, oksigen tersebut juga direduksikan menjadi air
(H2O). Enzim karbosilase merupakan enzim yang fungsinya untuk mengubah
asam organik dengan cara bolak balik. Seperti enzim karbosilase piruvat yang
mengkatalisis proses karboksilasi asam piruvat menjadi oksaloasetat. Pada
keadaan kekurangan oksigen pada tubuh, asam piruvat dipecah secara anaerob
menghasilkan asam laktat pada manusia dan hewan, menjadi etanol pada tumbuhan.
Penumpukan asam laktat ini akan menyebabkan terjadinya keletihan atau kelelahan
yang bermakna pada seseorang. Enzim hidrase merupakan enzim yang fungsinya
untuk menambah atau mengurangi air (H2O) dari senyawa spesifik
tertentu, dengan tidak menyebabkan terurainya senyawa tersebut. Contoh enzim
hidrase seperti akonitase, enolase, dan fumarase. Enzim dehidrogenase merupakan
enzim yang fungsinya memindahkan hidrogen dari suata molekul atau zat ke zat
lainnya. Dengan begitu, enzim ini dapat membantu untuk melangsungkan proses
oksidasi didalam sel-sel hidup. Enzim desmolase merupakan enzim oksidase dan
reduktase yang fungsinya membantu penggabungan atau pemindahan ikatan karbon,
dan pemutusan ikatan-ikatan C-C, C-N. Seperti enzim aldolase yang diubah dalam
pemecahan fruktosa menjadi gliseraldehid dan dehidroksiaseton. Enzim
transphoforilase merupakan enzim yang fungsinya memindahkan H3PO4
dari suatu molekul atau zat ke molekul lainnya dibantu oleh ion magnesium (Mg2
+). Enzim peroksida merupakan enzim oksireduktase yang terdiri atas
protein heme yang terdapat pada organisme prokariotik dan eukariotik. Fungsinya
mengkatalisis proses oksidase substrat organik dengan H2O2,
dan mereduksinya menjadi H2O. Berdasarkan proses reaksi yang dikatalisis,
yaitu Karbohidrase, Enzim karbohidrase adalah enzim-enzim yang mengkatalisis
pemecahan karbohidrat. Enzim ini terutama terdapat disaliva (air ludah) dan
usus halus. Contoh dari enzim ini adalah enzim selulose, amilase, pektinase,
maltose, sukrose, laktose. Protease,
Enzim protease disebut juga dengan proteinase, proteolitik atau peptidase.
Merupakan enzim-enzim yang mengkatalisis pemecahan rantai protein didalam
tubuh, sehingga protein yang masuk melalui makanan dapat menjadi molekul yang
lebih sederhana diserap kedalam pembuluh darah dan dibawa ke sirkulasi menuju
seluruh tubuh. Enzim protease ini terutama terdapat di lambung dan di usus
halus. Contoh dari enzim ini adalah enzim pepsin, renin, tripsin, enterokinase,
peptidase, dan gelatinase. Esterase,
Enzim esterase merupakan sebuah enzim yang fungsinya mengkatalisis pemecahan
rantai ester, terutama yang ditemukan di dalam asam nukleat dan juga lipid
(lemak). Contoh dari enzim esterase adalah enzim lipase, dan fosfatase (Livya et al 2017).
Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan
molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediet melalui suatu reaksi kimia organik yang
membutuhkan energi
aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi
kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi
membutuhkan waktu lebih lama. Enzim bekerja di dalam sel dan hanya sebagian
kecil yang bekerja di luar sel. Enzim yang bekerja di dalam sel disebut enzim
intraseluler, misalnya enzim katalase yang berfungsi memecah senyawa-senyawa berbahaya. Sementara enzim yang bekerja di luar sel,
disebut enzim ekstraseluler. Enzim-enzim tersebut mengendalikan reaksi
biokimia, seperti respirasi, pertumbuhan, perkecambahan, fotosintesis, pencernaan, dan lain-lain (Dewanti et al 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim. Suhu
reaksi yang dikatalisis oleh enzim akan meningkat, seiring
dengan kenaikan suhu 0 – 35oC.
Secara umum kenaikan 10oC
maka kecepatan reaksi menjadi dua kali lipatnya dalam batas suhu
yang wajar. Suhu ideal kerja enzim adalah 30 – 40oC, dengan suhu optimum 36oC. Dibawah atau diatas suhu tersebut kerja
enzim lemah bahkan mengalami kerusakan. Enzim akan menggumpal (denaturasi) dan
hilang kemampuan katalisisnya jika dipanaskan.Logam
berat seperti Ag, Zn, Cu, Pb dan Cd, menyebabkan enzim menjadi tidak aktif. Logam Aktivitas
enzim meningkat jika bereaksi dengan ion logam jenis Mg, Mn, Ca, dan Fe.
pH Enzim bekerja pada pH tertentu, enzim
hanya dapat bekerja pada pH yang ideal. Enzim Ptialin hanya dapat bekerja pada
pH netral, enzim pepsin bekerja pada pH asam sedangkan enzim tripsin bekerja
pada pH basa. Bagan
kerja enzim dan pengaruhnya terhadap pH Konsentrasi, semakin
tinggi konsentrasi enzim maka kerja waktu yang dibutuhkan untuk suatu reaksi
semakin cepat, sedangkan kecepatan reaksi dalam keadaan konstan. Semakin
tinggi konsentrasi substrat, semakin cepat kerja enzim, tapi jika kerja enzim
telah mencapai titik maksimal, maka kerja enzim berikutnya akan konstan. Faktor dalam (faktorinternal) vitamin
dan hormon berpengaruh terhadap aktivitas kerja enzim. Hormon tiroksin
merupakan hormon yang mempengaruhi proses metabolisme tubuh. semakin tinggi
konsentrasi hormon tiroksin yang dihasilkan
oleh kelenjar tiroid, maka semakin cepat proses metabolisme dalam tubuh,
demikian sebaliknya. Vitamin dalam
tubuh berfungsi sebagai alat pengaturan seluruh proses fisiologi dalam tubuh. Keberadaan Aktivator dan inhibitor. Aktivaor merupakan
molekul yang mempermudah ikatan enzim antara enzim dengan dan substrat. Inhibitor
merupakan molekul yang menghambat ikatan antara enzim dengan
substrat. Ada dua macam inhibitor yaitu Inhibitor kompetitif adalah
inhibitor yang kerjanya bersaing dengan substrat untuk mendapatkan sisi aktif
enzim. Inhibitor non kompetitif adalah
inhibitor yang melekat pada tempat selain sisi aktif sehingga bentuk enzim
berubah dan substrat tidak dapat melekat pada enzim (Rinto et al 2015).
Dalam bidang peternakan, enzim memiliki banyak peran. Produk
Imugas mengandung berbagai macam tumbuhan, ada yang bersifat sebagai
antibakteri dan antiamuba, sehingga mampu meningkatkan fungsi sistem pertahanan
tubuh seperti produksi sel darah putih yang menyerang bakteri dan benda asing
lainnya, mampu memicu produksi interferon yang merupakan protein spesifik
(sitokin) yang dibuat oleh sel sebagai respon adanya benda asing
termasuk bakteria. Selain itu dalam produk Imugas juga mengandung minyak atsiri
sehingga dapat merangsang dinding kantong empedu, mengeluarkan cairan empedu
dan merangsang keluarnya getah pankreas yang merangsang amilase, lipase dan
protease. Enzim-enzim tersebut dapat meningkatkan pencernaan bahan makanan
seperti karbohidrat, lemak dan protein. Minyak atsiri cukup banyak manfaatnya,
diantaranya adalah dapat mempengaruhui dan merangsang sekresi empedu dan
berfungsi sebagai penambah nafsu makan, mempengaruhui kontraksi usus halus (Supomo
et al 2016).
Enzim amilase saliva memiliki pH optimal pada pH 7, karena pada pH ini
diperoleh aktivitas enzim yang tinggi (kecepatan reaksi enzimatik tinggi).
Umumnya, kecepatan reaksi enzimatik meningkat hingga mencapai pH optimal dan
menurun setelah pH lebih besar dari pH optimal. Hasil percobaan, pada pH 1 (uji
Iod) dan pH 5 (uji benedict) aktivitas enzim masih ada, tetapi kecil
(ditunjukkan oleh kecepatan reaksi enzimatik yang kecil pula). Hal ini
disebabkan pada pH kurang dari 4, enzim amilase saliva menjadi tidak aktif.
Menurut Fahmi (2017) amilase yang terdapat dalam saliva adalah α-amilase liur yang mampu
membuat polisakarida (pati) dan glikogen dihidrolisis menjadi maltosa dan
oligosakarida lain dengan menyerang ikatan glikosodat α(1 4). Amilase liur akan
segera terinaktivasi pada pH 4,0 atau kurang sehingga kerja pencernaan makanan
dalam mulut akan terhenti apabila lingkungan lambung yang asam menembus
partikel makanan. Pada pH 1 diperoleh hasil positif pada uji iod dan hasil
negatif pada uji benedict. Seharusnya hasil yang diperoleh uji iod dan uji
benedict adalah negatif, sebab pada pH tersebut enzim amilase tidak aktif dan
karbohidrat pun seharusnya terhidrolisis karena pemanasan dan pH yang sangat
asam.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan menjelaskan
pengaruh pH terhadap aktivitas enzim, menjelaskan pH optimum, dan menjelaskan pH
yang menyebabkan menurunnya aktivitas enzim.
TINJAUAN PUSTAKA
Kecambah Kacang Hijau
Kecambah atau
disebut juga “Tauge” merupakan tunas muda dari biji kacang-kacangan yang
disemaikan, yang paling populer adalah kacang kedelai dan kacang hijau. Kecambah merupakan nutrisi yang nilai gizinya jauh
berlipat-lipat dibanding buah atau daunnya. Kacang yang dikecambahkan, kandungan
vitamin A, vitamin B dan vitamin C-nya meningkat mulai dari 2.5 sampai 3 kali
lipat. Dalam kecambah kacang hijau terdapat enzim yang dapat menurunkan kadar
histamin yaitu enzim DAO, histamin adalah amina biogenik yang terdapat dalam
makanan. Pada orang sehat, penurunan histamin dapat cepat didetoksifikasi oleh
oksidase amina, sedangkan orang dengan aktivitas oksidase amina rendah beresiko
keracunan histamin. Diamin oksidase (DAO) adalah enzim utama untuk metabolisme
histamin. Telah diusulkan bahwa DAO, ketika berfungsi sebagai protein
sekretori, mungkin bertanggung jawab untuk memulung histamin ekstraseluler
setelah mediator melepaskan (Ramdani et
al. 2017).
Enzim Amilase
Amilase merupakan
sekelompok enzim yang berfungsi sebagai katalitik adalah untuk menghidrolisis (breakdown) pati untuk memberikan polimer
yang semakin kecil terdiri dari unit glukosa. Mereka ditemukan pada hewan dan
tumbuhan serta diproduksi oleh banyak mikroorganisme. Amilase adalah enzim yang
mengkatalisis pemecahan pati menjadi gula. Amilase
adalah enzim yang mampu mendegradasi
pati menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu glukosa (Kartikasari et al 2016).
Akuasdestilata
Aquades
adalah air hasil destilasi atau penyulingan sama dengan air murni atau H2O,
kerena H2O hampir tidak mengandung mineral (Sukarsono et al 2008).
Larutan Pati
Pati adalah suatu polisakarida yang mengandung amilosa dan
amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida berantai lurus bagian dari
butir-butir pati yang terdiri atas molekul-molekul glukosa 1,4 glikosidik . Amilosa
merupakan bagian dari pati yang larut dalam air, yang mempunyai berat molekul
antara 50.000-200.000, dan bila ditambah dengan iodium akan memberikan warna
biru. Amilopektin merupakan bagian dari pati yang tidak larut dalam
air dan mempunyai berat
molekul antara 70.000 sampai satu juta. Amilopektin dengan iodium memberikan
warna ungu hingga merah (Azizah et
al 2016).
Larutan Benedict
Larutan benedict digunakan untuk mengetahui kadar
glukosa dalam larutan tertentu. Uji Benedict adalah untuk membuktikan adanya gula pereduksi.Gula
pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi
sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau
bereaksi secara langsung dengan Benedict, contohnya semua golongan
monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik
yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam
kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan
reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai
Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan CuCO3
pada larutan natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat.
Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus
aldehid atau monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid
atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan Benedict (Yasin et al 2013).
pH Optimum Amilase
pH optimum
pada enzim amilase berkisar antara 6,8 – 7 (Pratama et al 2013).
Spektrofotometer
Spektrofotometer
adalah alat yang dipakai untuk mengukur atau menganalisa panjang gelombang
cahaya dengan akurat yaitu dengan menggunakan kisi difraksi, atau prisma untuk
memisahkan panjang gelombang cahaya yang berbeda (Yulianto dan Hatta 2011). Spektrofotometer
adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer
menghasilkan sinar dengan spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorbsi. Prinsip kerja alat spektrofotometer adalah dengan sampel menyerap
radiasi (pemancar) elektromagnetis yang pada panjang gelombang tertentu dapat
terlihat. Larutan tembaga (Cu) misalnya berwarna biru karena larutan tersebut
menyerap warna komplementer, yaitu kuning. Semakin banyak molekul tembaga per
satuan volume, semakin banyak pula cahaya kuning yang diserap, dan semakin tua
warna biru larutannya (Ramadhani et al.
2013).
Faktor- faktor yang
mempengaruhi enzim
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim. Suhu
reaksi yang dikatalisis oleh enzim akan meningkat, seiring
dengan kenaikan suhu 0 – 35oC.
Secara umum kenaikan 10oC
maka kecepatan reaksi menjadi dua kali lipatnya dalam batas suhu yang wajar.
Suhu ideal kerja enzim adalah 30 – 40oC,
dengan suhu optimum 36oC.
Dibawah atau diatas suhu tersebut kerja enzim lemah bahkan mengalami kerusakan.
Enzim akan menggumpal (denaturasi) dan hilang kemampuan katalisisnya jika dipanaskan.Logam
berat seperti Ag, Zn, Cu, Pb dan Cd, menyebabkan enzim menjadi tidak aktif. Logam Aktivitas
enzim meningkat jika bereaksi dengan ion logam jenis Mg, Mn, Ca, dan Fe.
pH Enzim bekerja pada pH tertentu, enzim
hanya dapat bekerja pada pH yang ideal. Enzim Ptialin hanya dapat bekerja pada
pH netral, enzim pepsin bekerja pada pH asam sedangkan enzim tripsin bekerja
pada pH basa. Bagan
kerja enzim dan pengaruhnya terhadap pH Konsentrasi, semakin
tinggi konsentrasi enzim maka kerja waktu yang dibutuhkan untuk suatu reaksi
semakin cepat, sedangkan kecepatan reaksi dalam keadaan konstan. Semakin
tinggi konsentrasi substrat, semakin cepat kerja enzim, tapi jika kerja enzim
telah mencapai titik maksimal, maka kerja enzim berikutnya akan konstan. Faktor dalam (faktorinternal) vitamin
dan hormon berpengaruh terhadap aktivitas kerja enzim. Hormon tiroksin
merupakan hormon yang mempengaruhi proses metabolisme tubuh. semakin tinggi
konsentrasi hormon tiroksin yang dihasilkan
oleh kelenjar tiroid, maka semakin cepat proses metabolisme dalam tubuh,
demikian sebaliknya. Vitamin dalam
tubuh berfungsi sebagai alat pengaturan seluruh proses fisiologi dalam tubuh. Keberadaan Aktivator dan inhibitor. Aktivaor merupakan
molekul yang mempermudah ikatan enzim antara enzim dengan dan substrat. Inhibitor
merupakan molekul yang menghambat ikatan antara enzim dengan
substrat. Ada dua macam inhibitor yaitu Inhibitor kompetitif adalah
inhibitor yang kerjanya bersaing dengan substrat untuk mendapatkan sisi aktif
enzim. Inhibitor non kompetitif adalah
inhibitor yang melekat pada tempat selain sisi aktif sehingga bentuk enzim
berubah dan substrat tidak dapat melekat pada enzim (Rinto et al 2015).
MATERI DAN METODE
Materi
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah spektrofotometer jenis visible dan single beam, kuvet, botol kecil, pipet,
spoit, syring, kapas, tabung reaksi, stopwatch, vortex, waterbath, sendok plastik,
dan tissue.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah kecambah kacang hijau, benedict,
dan akuades.
Metode
Uji nilai absorbansi larutan pati
yang diberi perlakuan pH. Alat dan bahan dipersiapkan. Siapkan lima buah tabung
reaksi diberi label sesuai suhu yang akan di uji, yakni 3, 5, 7, 9, dan tabung
kontrol. Ekstrak tauge dimasukan sebanyak 15 gram kedalam gelas beaker dan
diaduk hingga semua bahan tercampur dan disaring memakai kapas ke gelas beaker
baru. Larutan tersebut dimasukan ke tabung reaksi yang sesuai label tadi
sebanyak 2 ml sedangkan tabung control 5 ml. tambah kan 1 ml buffer asetat
sesuai label pH yang berbeda. Vortex bahan tersebut selama 10 detik lalu
diinkubasi selama 2 menit dengan suhu 38o C. Teteskan filtrat tauge 2
ml ke semua tabung kecuali tabung kontrol lalu vortex ulang selama 10 detik.
Inkubasi kembali semua tabung selama 10 menit lalu teteskan benedict 0.5 ml pada
setiap tabung kecuali kontrol. Semua tabung dibaca absorbansinya dengan panjang
gelompang 620 nm. Hasil absorbansi dicatat dan dibuat kurva hubungan antara pH
dan absorbansinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Nilai
absorbansi yang telah diperoleh kelompok 3 dengan menggunakan alat
spektrofotometer jenis visible dan single beam. Larutan pati yang diberi
perlakuan perbedaan pH sebagai larutan yang diamati.
Tabel 1 Pengamatan
nilai absorbansi larutan terhadap perbedaan pH
Perlakuan
|
Nilai Absorbansi (A)
|
Aquadestilata
|
0.1984 A
|
pH 3
|
0.4509 A
|
pH 5
|
0.1614 A
|
pH 7
|
0.2970 A
|
pH 9
|
0.0316 A
|
Pembahasan
Amilase merupakan kelompok enzim yang berperan dalam mengkatalisis
karbohidrat kompleks berupa amilum menjadi karbohidrat yang lebih sederhana.
Istilah amilase diambil dari nama substratnya yaitu amilum dan diakhiri dengan
sufiks –ase yang merupakan ciri khas nama enzim. Enzim amilase memiliki peranan
penting di dalam tubuh. Enzim ini dihasilkan oleh organ – organ pencernaan
untuk membantu mengkatalisis pemecahan senyawa makanan secara kimiawi. Kelenjar
liur atau saliva mensekretkan ludah yang mengandung enzim amylase atau yang
lebih dikenal sebagai ptyalin (Fahmi et al. 2017).
Enzim amilase saliva memiliki pH optimal pada pH 7, karena pada pH ini
diperoleh aktivitas enzim yang tinggi (kecepatan reaksi enzimatik tinggi).
Umumnya, kecepatan reaksi enzimatik meningkat hingga mencapai pH optimal dan
menurun setelah pH lebih besar dari pH optimal. Hasil percobaan, pada pH 1 (uji
Iod) dan pH 5 (uji benedict) aktivitas enzim masih ada, tetapi kecil
(ditunjukkan oleh kecepatan reaksi enzimatik yang kecil pula). Hal ini
disebabkan pada pH kurang dari 4, enzim amilase saliva menjadi tidak aktif.
Menurut Fahmi (2017) amilase yang terdapat dalam saliva adalah α-amilase liur yang mampu
membuat polisakarida (pati) dan glikogen dihidrolisis menjadi maltosa dan
oligosakarida lain dengan menyerang ikatan glikosodat α(1 4). Amilase liur akan
segera terinaktivasi pada pH 4,0 atau kurang sehingga kerja pencernaan makanan
dalam mulut akan terhenti apabila lingkungan lambung yang asam menembus
partikel makanan. Pada pH 1 diperoleh hasil positif pada uji iod dan hasil
negatif pada uji benedict. Seharusnya hasil yang diperoleh uji iod dan uji
benedict adalah negatif, sebab pada pH tersebut enzim amilase tidak aktif dan
karbohidrat pun seharusnya terhidrolisis karena pemanasan dan pH yang sangat
asam (Coniwanti et
al 2015).
Seluruh enzim peka
terhadap perubahan derajat keasaman (Ph). Enzim menjadi nonaktif bila
diperlakukan pada asam basa yang sangat kuat. Sebagian besar enzim dapat
bekerja paling efektif pada kisaran Ph lingkungan yang agak sempit. Di luar Ph
optimum tersebut, kenaikan atau penurunan ph menyebabkan penurunan aktifitas
enzim dengan cepat. Umumnya terdapat pH optimum agar suatu enzim dapat
berfungsi maksimum dan aktivitas enzim akan menurun pada pH yang lebih tinggi
atau lebih rendah. Diwakili oleh kurva yang berbentuk lonceng, tetapi untuk enzim
lain mungkin kurvanya relatip datar Kadang gambaran hubungan yaitu dengan
aktivitas enzim dengan pH diwakili oleh kurva berbentuk lonceng, tetapi untuk
enzim lain mungkin kurvanya relatif datar, Ph optimum sering dalam kisaran
antara Ph 6 sampai Ph 8 (Male et al
2014).
Hasil praktikum yang diperoleh
kelompok 3 menunjukan enzim yang bekerja optimum menghasilkan nilai absorbansi
yang rendah, sedangkan enzim yang tidak bekerja optimum dalam pH 3 menghasilkan
nilai absorbansi yang tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan hasil Dewi (2017),
diperoleh bahwa enzim bekerja optimum pada pH 6,8-7 yang berarti sekitaran 7.
Hal ini terjadi karena saat pembersihan kuvet tabung reaksi yang diberi
perlakuan pH 7 tidak bersih, sehingga absorbansi yang didapat menjadi tinggi.
Faktor yang mempengaruhi kerja enzim yakni pH, suhu, konsentrasi, dan inhibitor.
Sebagian
besar enzim mempunyai suhu optimum yang sama dengan suhu normal sel organisme
tersebut. Secara umum, tiap kenaikan suhu 10 derajat C, kecepatan reaksi
menjadi dua kali lipat dalam batas suhu yang wajar. Hal tersebut juga berlaku
pada enzim. Panas yang ditimbulkan akibat kenaikan suhu dapat mempercepat reksi
sehingga kecepatan molekul meningkat. Hasilnya adalah frekuensi dan daya
tumbukan molekuler juga meningkat. Seluruh
enzim peka terhadap perubahan derajat keasaman (pH). Enzim menjadi nonaktif
bila diperlakukan pada asam basa yang sangat kuat. Sebagian besar enzim dapat
bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan yang agak sempit. Di luar pH
optimum tersebut, kenaikan atau penurunan pH menyebabkan penurunan aktifitas
enzim dengan cepat. Enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor
berupa zat kimia tertentu. Zat kimia tersebut merupakan senyawa selain substrat
yang biasa terikat pada sisi aktif enzim (substrat normal) sehingga antara
substrat dan inhibitor terjadi persaingan untuk mendapatkan sisi aktif.
Persaingan tersebut terjadi karena inhibitor biasanya mempunyai kemiripan
kimiawi dengan substrat normal. Pada konsentrasi substrat yang rendah akan
terlihat dampak inhibitor terhadap laju reaksi, kondisi tersebut berbalik bila
konsentrasi substrat naik (Agustina dan Rahmawati 2016).
SIMPULAN
Enzim yang
diberi perlakuan pH yang berbeda mengakibatkan perbedaan juga pada aktivitas
enzim. pH optimum agar aktivitas enzim yang tinggi ialah 7 tetapi pada hasil
praktik yang menjadi pH optimum yaitu pH 9 dengan melihat nilai absorbansi yang
terkecil. pH yang terlalu tinggi baik asam maupun basanya mengakibatkan aktivitas
enzim terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina A,
Rahmawati D. 2016. Pengaruh proses perebusan terhadap kadar protein yang
terkandung dalam tauge biji kacang hijau (Phaseolus
radiatus). Jurnal Ilmiah Manuntung.
2(1): 44-50.
Azizah Z,
Rasyid R, Kartina D. 2016. Pengaruh pengulangan dan lama penyimpanan terhadap
ketengikan minyak kelapa dengan metode asam thiobarbiturat (TBA). Jurnal Farmasi Higea. 8(2):189-200.
Coniwanti P,
Anka MNP, Sanders C. 2015. Pengaruh konsentrasi, waktu, dan temperatur terhadap
kandungan lignin pada proses pemutihan bubur kertas bekas. Jurnal Teknik Kimia. 21(3):50-58.
Dewanti AW,
Pratiwi E, Nuraini Y. 2016. Viabilitas dan aktivitas enzim fosfatase serta
produksi asam oraganik bakteri pelarut fosfat pada beberapa suhu simpan. Jurnal Tanah dan Sumber Daya lahan.
3(1): 22-40.
Dewi EN. 2017. Ekstraksi Pati dari Onggok Limbah Tapioka dengan Perlakuan
Awal Sonikasi dan Metode Alkali [tesis]. Surabaya (ID): Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
Fahmi I, Astuti
W, Sitorus S. 2017. Isolasi amilase dari kecambah biji nangka (Artocarpus heterophyllus Lam). Jurnal Atomik. 2(1): 13-17.
Kartikasari
SN, Sari P, Subagio A. 2016. Karakteristik sifat kimia, profil amilografi (RVA)
dan morfologi granula (SEM) pati singkong termodifikasi secara biologi. Jurnal Agroteknologi. 10(1):12-24.
Livya R,
Wongkar GD, Ticoalu SHR.
2017. Gambaran makroskopik dan mikroskopik pankreas pada hewan coba postmorterm. Jurnal E-Biomedik. 5(1): 14-20.
Male KS, Nuryanti
S, Rahmawati S. 2014. Ekstraksi enzim protease dari daun palado (Agave angustifolia) dan pemanfaatannya
dalam proses pembuatan virgin coconut oil. Jurnal Akademika Kimia . 3(3): 111-120.
Pratama AP, Anggraini M, Isbeanny J, Amin M, Ambelia
R, jannah AR. 2013. Pengaruh Suhu dan pH Terhadap Aktifitas Enzim . Jurnal
Biological. 2(1): 13-17.
Ramadhani S, Sutanhaji AT,
Widiatmono BR. 2013. Perbandingan efektivitas tepung biji kelor (Moringa oleifera lamk), Poly Aluminium Chloride (PAC), dan tawas
sebagai koagulan untuk air jernih. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1(3):186-193.
Ramdani R,
Garnida Y, Effendi S. 2017. Penurunan kadar histamin ikan tongkol (Euthynnus affinis) oleh bubur kecambah kacang hijau
dengan metode HPCC [tesis]. Bandung (ID): Universitas Pasundan.
Rinto R,
Dewanti R, Yasni S, Suhartono MT. 2015. Isolasi dan identifikasi bakteri asam
laktat penghasiol inhobitor enzim HMG-KoA reduktase dari basam sebagai agen pereduksi kolesterol. Jurnal Agritech. 35(3): 72-84.
Sriyundiyati
NP, Supriadi S, nuryanti S. 2013. Pemanfaatan nasi basi sebagai pupuk organik cair dan aplikasinya untuk
pemupukan tanaman bunga kertas orange
(Bougainvillea spectabilis). Jurnal Akademika Kimia. 2(4): 187-195.
Sukarsono K, Marhaendrajaya, Firdaisi KS. 2008. Studi efek kerr untuk pengujian tingkat
kemurnian aquades, air PAM, dan air sumur. Jurnal fisika Teori, Eksperimen,
dan Fisika Aplikasi. 11(1): 13-25.
Supomo, Eka
SS, Ine V. 2016. Pemanfaatan ekstrak herbal terhadap produktivitas dan mutu ayam pedaging
sebagai upaya ketahanan pangan di Kalimantan Timur berbasis
peternakan ramah lingkungan. Jurnal
Ilmiah Manuntung. 2(1):93-98.
Utami T,
Al-Baarii AN, Legowo AM. 2017. Pengambilan enzim peroksidase dari daun tomat
dengan teknik pertukaran ion. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. 6(2): 44-64.
Yasin L, Jura
MR, Supriadi. 2013. Pembuatan etanol dari buah salak (Salacca zalacca) yang tidak layak konsumsi. Jurnal Akademika Kimia. 2(1):5-10.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar