Kamis, 07 Juni 2018

SIFAT PROTEIN


Laporan Praktikum ke-3                     Hari / Tanggal      : Kamis/2 Maret 2017
Biokimia Nutrisi                                Tempat Praktikum : Laboratorium Biokimia,
        Fisiologi, dan
        Mikrobiologi Nutrisi
                                                            Asisten                  
1.      Afdola Riski Nasution


SIFAT PROTEIN

Irvan Triansyah
D24160115
Kelompok 3








      
















DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang
       Protein adalah rantai molekul panjang yang terdiri dari asam amino yang bergabung dengan ikatan peptida. Protein masuk ke dalam tubuh akan dicerna dengan berbagai enzim pencernaan untuk mendapatkan hasil akhir asam amino. Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk memnbangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat atau lemak. Beberapa sifat protein yaitu bersifat amfoter, koagulasi, dan reversible.
       Ternak dapat tumbuh dan berproduksi dengan efisiensi maksimum bila di dalam tubuh terdapat asam amino dengan jumlah yang cukup, yaitu asam amino essensial yang harus ada dalam ransum dan asam amino non essensial yang disintesis di dalam tubuh. Namun jika protein yang diberikan tidak diberi teknik bypass , protein tersebut akan dikonsumsi oleh bakteri yang berada di rumen. Oleh karena itu dalam pemberian pakan untuk hewan ternak , kita harus mengetahui sifat-sifat protein yang akan di bahas pada laporan praktikum ini.
 
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari mempelajari sifat-sidat protein yaitu sifat koagulasi, sifat amfoter, dan sifat reversible protein.

TINJAUAN PUSTAKA
Protein
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien, tidak seperti bahan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein ini berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sumber energy (penyusun bentuk tubuh). Namun demikian apabila organisme sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat juga di pakai sebagai sumber energi. Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain mengandung N, C, H, O, kadang mengandung S, P, dan Fe (Primasoni 2012).

Koagulasi protein
            Kebanyakan protein hanya berfungsi aktif biologis pada daerah pH dan suhu yang terbatas. Jika pH dan suhu melewati batas-batas tersebut, protein akan mengalami denaturasi. Proses kembalinya protein ke bentuk asal setelah terjadi denaturasi disebut renaturasi. Untuk pengembalian ini tidak diperlukan bahan kimia, biasanya terjadi karena perubahan pH atau suhu (Naga et al 2010).

Sifat amfoter
Protein mengatur keseimbangan cairan dalam jaringan dan pembuluh darah. Sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa dapat mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh (Betta 2016).

Denaturasi protein
            Denaturasi protein adalah berubahnya susunan ruang atau lantai polipeptida suatu molekul protein. Terjadinya denaturasi protein tahap awal pada saat protein dikenai suhu pemanasan sekitar 50oC, protein tersebut belum bisa dikatakan rusak, hanya mengalami perubahan struktur sekunder, tersier, kuartener (Kurniati 2009).
Titik isoelektrik
            Titik isoelektrik adalah titik dimana asam amino penyusun protein non-kolagen menjadi dipolar dan memiliki muatan bersih nol (Karlina dan Lukman 2009).

Susu murni
            Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak  dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun (Grahatika 2009).

Susu skim
            Susu skim adalah susu yang kadar lemaknya telah dikurangi hingga berada dibawah batas minimal yang telah ditetapkan. Susu skim merupakan bagian susu yang tertinggal sesudah krim diambil sebagian atau seluruhnya. Susu skim mengandung zat makanan dari susu kecuali lemak dan vitamin – vitamin yang larut dalam lemak (Herawati dan Wibawa 2011).

Sari kedelai
            Susu kedelai adalah cairan hasil ekstraksi protein biji kedelai dengan menggunakan air panas dan mempunyai susunan asam amino esensial paling lengkap (Pramitasari 2010).

Putih telur
            Putih telur merupakan suatu sistem protein yang terdiri dari serat-serat ovomucin dalam sejumlah larutan protein globular. Putih telur mempunyai kadar protein yang tinggi dan merupakan bahan makanan yang mudah rusak (Lahmudin 2006).

Formaldehyde
            Formalin merupakan larutan jernih tidak berwarna, berbau tajam, mengandung senyawa formaldehid (HCO) sekitar 37 persen dalam air . Formalin bisa digunakan sebagai bahan pengawet makanan, karena formalin dapat mengikat protein membentuk ikatan methylene (-NCHOH). Protein pada ikatan methylene ini tahan terhadap kerusakan, baik yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme maupun oksidasi (Purawisastra dan Sahara 2011).

HgCl2
            Senyawa merkuri dalam bentuk Hg(II) dapat terikat pada residu sistein protein manusia sehingga protein akan kehilangan aktivitasnya (Fatimawali et al 2011).


MATERI DAN METODE
Materi
Alat
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, rak plastik, alat pemanas, panci, gelas piala, buret, spoit, dan pipet.


Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah putih telur, susu murni, susu skim, sari kedelai, akuadest, formaldehyde, larutan HCL, larutan NaOH, dan larutan HgCl2 jenuh.

Metode
Uji kelarutan protein terhadap pemanasan
Putih telur di ambil sebanyak 2 ml dengan menggunakan spoit yang telah dipecahkan di dalam gelas piala dan di masukkan ke dalam tabung reaksi dan masukan masing masing 2 ml di tabung reaksi yang berbeda yaitu susu murni, susu skim, dan sari kedelai. Kemudian masing-masing tabung reaksi di cek warna, kekentalan, dan endapannya. Panaskan semua tabung reaksi dengan direndam di air yang sedang mendidih selama 5 menit lalu di angkat dan amati lagi warna, kekentalan, dan endapannya di setiap tabung reaksi.

Reaksi protein dengan formaldehyde
Putih telur di ambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan spoit yang telah dipecahkan di dalam gelas piala dan di masukkan ke dalam 5 tabung reaksi lalu amati warna, kekentalan, dan endapannya. Masukan formaldehyde ke masing-masing tabung dengan tetesan 2 untuk tabung reaksi 1 , 4 untuk tabung reaksi 2, 6 untuk tabung reaksi 3, 8 untuk tabung reaksi 5, dan 10 untuk tabung reaksi 5 lalu amati warna, kekentalan, dan endapannya. Terakhir  panaskan semua tabung reaksi dengan direndam di air yang sedang mendidih selama 5 menit lalu di angkat dan amati lagi warna, kekentalan, dan endapannya di setiap tabung reaksi. Selanjutnya ganti 1 ml putih telur dengan 1 ml susu murni, 1 ml susu skim, dan 1 ml sari kedelai dengan langkah yang sama.

Pengendapan protein dengan logam berat
Putih telur, susu murni, susu skim, dan sari kedelai diambil sebanyak 2 ml ke dalam tabung reaksi lalu amati warna, kekentalan, dan endapannya. Masukan larutan HgCl2 dengan pipet ke setiap tabung reaksi sampai terbentuk gumpalan lalu amati warna, kekentalan, dan endapannya.

Perubahan pH putih telur setelah penambahan HCL dan NaOH
Putih telur utuh diambil dan dimasukan kedalam gelas piala lalu di tritrasi dengan 5 ml HCL pada setiap penambahan sampai putih telur memiliki pH 2 lalu dititrasi dengan 5 ml NaOH pada setiap penambahan sampai  putih telur memiliki pH 11 .





HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Uji kelarutan protein terhadap pemanasan dengan menggunakan bahan putih telur, susu murni, susu skim, dan sari kedelai dapat dilihat di tabel 1.

Tabel 1 Uji kelarutan protein terhadap pemanasan.
Bahan

Sebelum pemanasan
Sesudah pemanasan
Warna
Kekentalan
Endapan
Warna
Kekentalan
Endapan
Putih telur
Bening
+++
-
Putih
+++
+++
Susu murni
Putih
++
-
Putih
++
++
Susu skim
Putih
+
-
Putih sedikit kuning
+
++
Sari kedelai
Putih kekuningan
-
+
Putih kekuningan
-
+++

Reaksi protein dengan formaldehyde dengan menggunakan bahan putih telur, susu murni, susu skim, dan sari kedelai dapat dilihat di tabel 2.

Tabel 2 Reaksi protein dengan formaldehyde.

Bahan

Tetes
Sebelum pemanasan
Sesudah pemanasan
Setelah pemanasan
Warna
Kekentalan
Endapan
Warna
Kekentalan
Endapan
Warna
Kekentalan
Endapan
Putih telur
2
Bening
+
-
Putih keruh
+++
+
Putih
+++
+++
4
Bening
+
-
Putih keruh
++
+
Putih
+++
+++
6
Bening
+
-
Putih keruh
++
++
Putih
+++
++
8
Bening
+
-
Putih keruh
+
++
Putih
+++
++
10
Bening
+
-
Putih keruh
+
+++
Putih bening
+++
+
Sari kedelai
2
Putih keruh
-
-
Putih susu
-
-
Putih susu
-
-
4
Putih keruh
-
-
Putih susu
-
+
Putih susu
-
+
6
Putih keruh
-
-
Putih susu
-
+
Putih susu
-
+
8
Putih keruh
-
-
Putih susu
-
++
Putih susu
-
++
10
Putih keruh
-
-
Putih susu
-
+++
Putih susu
-
+++
Susu skim
2
Putih
-
-
Putih
-
-
Putih
-
-
4
Putih
-
-
Putih
-
+
Putih
-
+
6
Putih
-
-
Putih
-
+
Putih
-
++
8
Putih
-
-
Putih
-
++
Putih
-
++
10
Putih
-
-
Putih
-
++
Putih
-
+++
Susu murni
2
Putih
-
-
Putih
-
-
Putih
-
++
4
Putih
-
-
Putih
-
-
Putih
-
++
6
Putih
-
-
Putih
-
+
Putih
-
+++
8
Putih
-
-
Putih
-
+
Putih
-
+++
10
Putih
-
-
Putih
-
++
Putih
-
+++

Pengendapan protein dengan logam berat (larutan HgCl2) dengan menggunakan bahan putih telur, susu murni, susu skim, dan sari kedelai dapat dilihat di tabel 3.

Tabel 3 Pengendapan protein dengan logam berat.
Bahan

Sebelum pemanasan
Sesudah pemanasan
Volume HgCl2
Warna
Kekentalan
Endapan
Warna
Kekentalan
Endapan
Susu kedelai
Putih keruh
-
-
Putih
-
+
2 tetes
Susu sapi
Putih
-
-
Putih
++
+
56 tetes
Susu skim
Putih tulang
-
-
Putih sedikit kuning
+
+
22 tetes
Putih telur
Kuning jernih
+++
-
Putih kekuningan
+++
++
2 tetes

Perubahan pH putih telur setelah penambahan HCL dan NaOH. Hal ini untuk mengetahui titik isoelektrik dapat dilihat di tabel 4.

Tabel 4 Perubahan pH putih telur setelah penambahan HCL dan NaOH
Volume HCL
pH
Volume NaOH
pH
0 ml
10
0 ml
2
5 ml
9
5 ml
3
10 ml
6
10 ml
4
15 ml
6
15 ml
5
20 ml
5
20 ml
5
25 ml
5
25 ml
6
30 ml
4
30 ml
6
35 ml
4
35 ml
7
40 ml
3
40 ml
10
45 ml
3
45 ml
11
50 ml
2





Gambar 1 Grafik Perubahan pH putih telur setelah penambahan HCL dan NaOH.
Pembahasan
       Protein merupakan komponen organik yang mengandung unsur karbon, oksigen, dan hidrogen serta nitrogen. Menurut Primasoni (2012), strukturnya mengandung N, C, H, O, serta tambahan S, P, dan Fe tergantung jenis proteinnya. Praktikum kali ini menguji sifat protein pada bahan yang mengandung protein yaitu putih telur, susu murni, susu skim, dan sari kedelai. Sifat yang diamati yaitu warna, kekentalan, dan endapan pada setiap perlakuan yang berbeda. Beberapa perlakuannya yaitu dipanaskan, diberi formaldehyde, diberi logam berat, dan diberi asam-basa.
       Pengaruh pemanasan terhadap protein yaitu bisa dilihat dari warna, kekentalan, dan endapan baik sebelum maupun sesudah pemanasan. Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun . Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Menurut naga et al (2010), Jika pH dan suhu melewati batas-batas tersebut, protein akan mengalami denaturasi. Hasil dari perlakuan pertama didapat protein yang terkandung di dalam putih telur terlihat jelas pada perubahan warna bening menjadi putih , cair menjadi kental bahkan padat, dan mengendap. Protein pada sari kedelai yang dilihat dari endapan terlihat bahwa sari kedelai mengalami pengendapan yang cukup.
       Pengaruh formaldehyde terhadap protein yaitu penambahan formaldehyde dan pemanasan pada bahan yang mengandung protein menyebabkan warna yang semakin memudar sesuai dengan konsentrai formaldehyde yang di tambahkan. Hal tersebut menurut Purawisastra dan Sahara (2011), Pemberian formaldehyde dengan konsentrasi tinggi membuat perbedaan yang nyata dengan konsentrasi rendah dilihat dari perubahan warna yang terjadi.
       Pengaruh logam berat terhadap protein yaitu karena garam logam berat seperti Ag, Pb, dan Hg akan membentuk endapan logam proteinat (Fatimawali et al 2011). Ikatan yang terbentuk amat kuat dan akan memutuskan jembatan garam, sehingga protein mengalami denaturasi. Secara bersama gugus –COOH dan gugus –NH2 yang terdapat dalam protein dapat bereaksi dengan ion logam berat dan membentuk senyawa kelat. Hasil dari praktikum pemberian HgCl2 ke dalam suatu larutan protein sebagai garam dari logam berat dapat mengurangi daya larut protein tersebut.
       Sifat amfoter pada protein dapat bereaksi dengan asam maupun basa yang mengandung gugusan amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantainya. Sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa dapat mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh (Betta 2016).

SIMPULAN
       Sifat koagulasi pada protein terjadi karena akibat panas atau alkohol. Sifat amfoter pada protein terjadi karena adanya gugus amina dan karboksil bebas pada ujung ujungnya yang menyebabkan protein punya banyak muatan. Sifat reversible pada protein terjadi karna struktur sekunder atau tersier saja yang rusak atau berubah sehingga protein bisa kembali ke bentuk semula karna struktur utamanya tidak terganggu.

DAFTAR PUSTAKA
Betta O. 2016. Interferensi tablet levodopa terhadapap penetapan kadar protein menggunakan metode Lowry [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Fatimawali, Badaruddin F, Yusuf I. 2011. Solasi dan identifikasi bakteri resisten merkuri dari muara Sungai Sario yang dapat digunakan untuk detoksifikasi limbah merkuri. Jurnal Ilmiah Sains. 11(2):282-284.
Grahatika R. 2009. Dentifikasi dan pemeriksaan jumlah total bakteri pada susu sapi di Kabupaten Karanganyar [Skripsi]. Surakarta(ID):Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Herawati DA , Wibawa DAA. 2011. Pengaruh konsentrasi susu skim dan waktu fermentasi terhadap hasil pembuatan soyghurt. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 1(2) : 52-53.
Kurniati E.2009. Pembuatan konsentrasi protein dari biji kecipir dengan penambahan HCL. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik. 9(2):115-122.
Lahmudin A. 2006Proses pembuatan tepung putih telur dengan pengering semprot [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Naga WS, Berlian A, Ery SR, Aning A. 2010. Koagulasi protein dari ekstrak biji kecipir dengan metode pemanasan. Jurnal Widya Teknik. 9(1):1-11.
Pramitasari D. 2010. Penambahan ekstrak jahe (Zingiber officinale rosc) dalam pembuatan susu kedelai bubuk instan dengan metode spray drying: komposisi kimia, sifat sensoris dan aktivitas antioksidan [skripsi]. Surakarta(ID): Universitas Sebelas Maret.
Primasoni N. 2012. Manfaat protein untuk mendukung aktifitas olahraga, pertumbuhan, dan perkembangan anak usia dini [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta.
Purawisastra S, Sahara E. 2011. Penyerapan formalin oleh beberapa jenis bahan makanan serta penghilangannya melalui perendaman dalam air panas. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan. 34(1):63-64




LAMPIRAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar