Laporan Praktikum 8
|
Hari
|
: Senin, 30 April 2018
|
|
Mikrobiologi Nutrisi
|
Tempat
|
: Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi
|
|
|
Asisten
|
: Oktavia Ayu
R / D24140041
|
|
|
UJI
AKTIVITAS ENZIM KAPANG TANAH DAN ASPERGILLUS
Irvan Triansyah
D24160115
Kelompok 4/G4

DEPARTEMEN
NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Kapang merupakan mikroba jenis
fungi. Sebagian besar kapang merupakan anggota kelas Ascomycetes dari filum Ascomycota.
Glomeromycota dan Basidiomycota merupakan jenis filum
lainnya. Kapang memiliki ciri berfilament atau disebut misselium dan memiliki
thallus yang terdiri dari hifa-hifa. Kapang berdifat mesofilik yang berarti
dapat tumbuh pada suhu normal tetapi ada juga beberapa kapang bersifat
termofilik dan psikrotrofik. Kapang dapat menghasilkan berbagai enzim yaitu
amylase, pectinase, lipase, proteinasem dam enzim hidrolitik. Hal ini yang membuat
kapang dapat tumbuh dan berkembang dimana saja pada medium yang mengandung
pati, protein, lipid, dan pectin (Listiandiani 2011).
Kapang
memiliki peran penting dalam bidang pakan yaitu dapat mengawetkan pakan itu
sendiri dan meningkatkan kualitas pakan. Hal ini karena kapang sebagai agen
antibiotik yang menyebabkan pertumbuhan organisme lain dapat dihambat sehingga
proses pembusukan dapat dicegah. Pertumbuhan kapang lebih lambat daripada
pertumbuhan bakteri lain, tetapi jika kapang telah tumbuh miselium,
pertumbuhannya akan cepat (Daud et al.
2012).
Aspergillus
niger merupakan
isolate yang dipakai pada praktikum ini. Aspergillus
niger merupakan fungi dari filum Ascomycetes
dengan ciri hifa berseptat, berfilamen, dan dapat ditemukan melimpah pada alam.
Aspergillus niger dapat diisolasi
dari tanah. Koloni bewarna putih dan akan bewarna hitam jika konidia terbentuk.
Kepala konidia tersebut bewarna hitam, bulat, dan cenderung akan terus berpisah
dan longgar seiring bertambahnya umur fungi tersebut (Kodri et al. 2013).
Tujuan
Praktikum
bertujuan mengukur aktivitas enzim yang dihasilkan kapang tanah dan Aspergillus niger.
TINJAUAN
PUSTAKA
Aspergillus niger
Aspergillus
niger merupakan
fungi yang memiliki inti multiselluler dengan membentuk benang-benang hifa. Kumpulan
hifa disebut misellium. Aspergillus niger
dapat berkembang biak secara vegetatife dan generative yang melalui
pembelahan sel dan spora. Aspergillus
niger memiliki ciri aerob dalam pertumbuhannya, hifa yang berseptat, spora
tumbuh memanjang diatas stigma, tumbuh dengan cepat, dapat tumbuh pada suhu
optimum 35-370C, suhu minimum 6-80C, dan suhu maksimum
45-470C, dan bersifat aseksual. Hal ini menyebabkan Aspergillus niger dapat diproduksi
dengan baik menghasilakan asam sitrat, asam glukonat, amylase, pectinase,
amiloglukosidase, dan selulase secara komersial. (xxxxxxxxxxxx).
Aktivitas
Enzim
Enzim selulase dapat menghidrolisis
selulosa. Enzim selulase yang berasal dari kapang merupakan campuran dari tiga
enzim, yaitu endo β-glukonase, selobiohidrolase dan β-glukosidase. Ketiga enzim
ini bekerjasama dalam hidrolisis selulosa menjadi glukosa (xxxx xxxx).
Enzim amylase merupakan enzim yang
dapat memecah ikatan-ikatan amilum sehingga terbentuknya maltose dan glukosa.
Mikroorganisme ini dapat tumbuh pada substrat yang mengandung pati. Amylase
dikelompokan menjadi tiga, yaitu α-amilase, β-amilase, glukoamilase (xxxx
xxxxx).
Protease merupakan enzim yang dapat
memecah protein menjadi senyawa yang lebih kecil seperti peptida kecil dan asam
amino. Enzim protease memiliki sifat katalitik. Enzim ini diperoleh secara
ekstraseluler oleh mikroorganisme dan memiliki peran yang sangat penting yaitu
dalam metabolisme sel dan keteraturan sel. Protease dibagi menjadi protease
serin, protease tiol, protease aspartate, dan protease logam (xxxxxxx et al. xxxxx)
Zona
Bening atau Clearing Zone
Zona bening atau clearing zone merupakan indikator
terhadap respon dalam terhambatnya pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri
dalam ekstrak. Besarnya zona bening mempengaruhi media yang termakan oleh
bakteri. Semakin besar zona bening maka akan semakin banyak media yang dipakai
untuk dikonsumsi bakteri (xxxxxx xxxxxx).
Congo
Red
Congo red adalah senyawa tekstil
yang terdiri dari garam sodium dari benzidinediazo-bis-1-naphthylamine-4-sulfonic
acid. Congo red merupakan zat warna yang telah larut dalam air dan etanol.
Congo red digunakan sabagai pewarna dan indikator redoks. Bentuk dari congo red
yaitu bubuk yang berwarna kecoklatan, jika dalam air berwarna merah kekuningan,
dan jika dilarutkan pada etanol akan berwarna orange. Panjang gelombang maksimum
congo red yaitu 491 nm (Saraswati et al.
2015).
I2 dalam KI
Iodin yang dilarutkan dengan KI akan menyebabkan terbentuk larutan yang
mengandung ion Triodida. Ion
triodida ditambahkan ke dalam air + amilum, maka hasil warna larutan tersebut
menjadi merah tua pekat dan agak encer. Padahal seharusnya campuran tersebut
berwarna biru tua . Iodida mudah dioksidasi dalam larutan asam menjadi iod
bebas degan sejumlah zat pengoksidasi iod bebas ini lalu bisa diidentifikasi
dari pewarnaan biru-tua yang dihasilkannya dengan larutan kanji. Bakteri yang mempunyai aktivitas enzim
amilase ekstraseluler akan memecah pati yang ada pada media, oleh karena itu pati yang
telah terhidrolisis sulit berikatan dengan I2 sehingga menghasilkan
zona bening. Media yang belum terhidrolisis akan menghasilkan warna biru ungu,
hal ini karena adanya ikatan pati dengan I2 (Febrianti et al
2016).
MATERI
DAN METODE
Materi
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini yaitu tabung reaksi, kapas, timbangan, labu
erlenmeyer, panci, kompor, water bath,
cawan petri, pengaduk kaca, lampu spiritus, syiring, alumunium foil, dan label.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu susu skim, kultur isolat Aspergillus niger, tanah, ekstrak tauge,
bakto agar, tepung tapioka, CMC, alkohol 70%, Congo red, NaCl, HCl, dan I2
dalam KI.
Metode
Pembuatan
media
Campurkan
ekstrak tauge dengan 1.5% bakto agar, setelah itu tambahkan substrat yang
diinginkan. Pembuatan media menggunakan tiga bahan, yaitu selulolitik,
proteolitik, amilolitik. Substrat selulolitik ditambahkan dengan CMC, substrat proteolitik
ditambahkan dengan susu skim, dan substrat amilolitik ditambahkan dengan tepung
tapioka.
Pengenceran
Masing-masing
tabung reaksi ditambahkan kultur Aspergillus
niger, kemudian dilarutkan dengan 10 ml aquadest steril dan diaduk. Ambil
pengencer pertama sebanyak 1 ml dengan menggunakan syiring, lalu masukan pada
pengencer kedua yang berisikan 9 ml akuadest, lakukan hal yang sama dari
pengencer sebelumnya ke pengencer selanjutnya sampai pengencer lima, kemudian
tutup tabung reaksi dan homogenkan membentuk angka delapan. Sampel yang
diletakkan pada cawan petri yaitu pengencer keempat dan kelima sebanyak 1 ml. Setelah
itu, tambahkan media sesuai substrat yang diuji yaitu selulolitik, proteolitik,
dan amilolitik. Beri label pada setiap perlakuan supaya tidak tertukar, lalu inkubasi
selama 2x24 jam. Lakukan juga cara yang sama pada sampel tanah.
Pewarnaan
Selulolitik, siapkan cawan yang
telah diinkubasi, kemudian tambahkan congo
red sebanyak 1 ml, lalu biarkan selama 15 menit, setelah itu buang sisa
cairannya. Kemudian tambahkan NaCl 1% sebanyak 1 ml dan biarkan 15 menit,
setelah itu buang sisa cairannya. Langkah terakhir ditambahkan HCl 1% sebanyak
1 ml dan dibiarkan hingga terjadi perubahan, kemudian diamati perubahan
tersebut.
Amilolitik,
cawan yang telah diinkubasi ditambahkan 1 ml I2 dalam KI, kemudian
diamkan sampai terjadi perubahan, setelah itu amati perubahan yang terjadi.
Proteolitik, cawan yang telah diinkubasi ditambahkan HCl
10% sebanyak 1 ml, lalu diamkan beberapa saat hingga terjadi perubahan, dan
amati perubahan yang terjadi.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berikut
merupakan hasil dari sampel kapang tanah dan Aspergillus niger pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengamatan aktivitas enzim
kapang tanah dan Aspergillus niger.
|
Kapang Tanah
|
Aspergillus niger
|
||
|
P4
|
P5
|
P4
|
P5
|
Amilolitik
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Selulolitik
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Proteolitik
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Pembahasan
Kapang merupakan fungi yang bisa menghasilkan
enzim secara ekstraseluler. Enzim yang dihasilkan kapang bermacam-macam. Enzim
tersebut digunakan untuk memecah substrat yang akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Beberapa fungsi enzim tersebut yaitu enzim selulase yang
dapat menghidrolisis selulosa, enzim amylase enzim yang dapat memecah ikatan
amilum, dan protease yang dapat memecah protein menjadi senyawa yang lebih
kecil seperti peptide dan asam amino.
Congo red digunakan sabagai pewarna
serta indikator redoks. Congo red ditambahkan pada media selulolitik untuk mengindikasikan
adanya hidrolisis CMC sebagai hasil kerja enzim selulase. Media selulolitik
yang berwarna merah disebabkan masih terdapat serat, sedangkan warna bening
menandakan serat didalamnya sudah habis dienzimatis oleh enzim selulase. Pembilasan
dengan menggunakan HCl dan NaCl berfungsi sebagai zona bening dapat terlihat
jelas.
Larutan I2 dalam KI ditambahkan
pada media amimolitik sebagai indicator bahwa media yang mengandung larutan
pati akan berwarna menjadi hitam dan zona bening akan terlihat warna kuning setelah
ditambahkan I2 dalam KI (Zhohidah dan safitri 2013). Pada
proteolitik, zona bening akan terlihat warna bening kaca dan susu skim akan
terlihat warna putih keruh.
Berdasarkan hasil praktikum
diperoleh zona bening terluas terbentuk pada media selulolitik dibandingkan
yang lain. Hal ini menunjukan bahwa enzim yang dihasilkan aspergillus niger
lebih dominan enzim selulase dibandingkan dengan amilase dan protease. Hal ini
sesuai dengan Gunam et al. (2010)
menyatakan produksi enzim selulase akan meningkat pada Aspergillus niger jika substrat yang diberikan sesuai dengan yang diperlukan
kapang Aspergillus niger.
SIMPULAN
Kapang Aspergillus niger memiliki beberapa
jenis enzim yang mampu mengubah suatu senyawa menjadi senyawa baru. Enzim yang
paling dominan dimiliki Aspergillus niger
yaitu selulase.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz
S. 1992. Mikrobiologi Pangan I.
Jakarta (ID): Gramedia Pustaka.
Fikrinda.
2000. Isolasi dan karakterisasi bakteri penghasil selulase ekstermofilik dari
ekosistem air hitam [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar