Kamis, 07 Juni 2018

PENGUKURAN AKTIVITAS ENZIM SELULASE ASAL RUMEN


Laporan Praktikum  ke-12                           Hari/tanggal : Kamis/ 12 Juni 2017
Biokimia Nutrisi                                          Tempat Praktikum : Laboratorium Terpadu
                                                                     Asisten: Alvi Royani      D24130029


PENGUKURAN AKTIVITAS ENZIM SELULASE ASAL RUMEN

Irvan Triansyah
D24160115
Kelompok 3









                                                                       













DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Enzim merupakan unsur yang mempercepat perubahan kimiawi yang diperlukan oleh kehidupan. Tanpa enzim perubahan-perubahan tersebut akan sangat lambat, bahkan tidak akan terjadi. Setiap enzim merupakan protein khusus yang disesuaikan dengan proses kimiawi tertentu. Enzim sangat berperan didalam tubuh. Kerja enzim dapat mempercepat atau memperlambat reaksi kimia, mengatur jumlah reaksi yang berbeda dalam waktu yang sama dan enzim dapat mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi yang diperlukan untuk berlangsungnya reaksi tersebut. Tanpa adanya enzim, reaksi metabolisme yang terjadi dalam tubuh akan berlangsung sangat lama. Salah satu enzim yang akan dibahas yaitu enzim selulase. Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat di dalam sel hidup dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk metabolisme dari sel. Dengan adanya enzim, molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain dalam bentuk produk. Enzim tersusun atas asam-asam amino yang melipat-lipat membentuk globular dimana substrat yang dikatalis bisa masuk dan bersifat komplementer (Nursela dan Arief 2017).
            Aktivitas enzim selulase pada substrat selulosa yang berbetuk kristalin menunjukkan adanya aktivitas enzim ekso 1,4 β-glukanase yang memotong ujung rantai oligosakarida menjadi selobiosa yaitu dua molekul glukosa yang berikatan secara β-1,4- glikosidik.  Dalam mendegradasi selulosa menjadi glukosa, enzim ekso 1,4 β-glukanase, endo 1,4 β-glukanase dan β-glukosidase bekerja secara sinergis. Setelah enzim endo 1,4 β-glukanase memotong bagian amorphous, ekso 1,4 β-glukanase memotong bagian ujung rantai selulosa kristalin menjadi gula pereduksi (Pesrita et al. 2017).
Proses pemecahan secara enzimatis terjadi dengan adanya enzim selulase. Enzim selulase dihasilkan oleh mikroorganisme yang bersifat selulolitik. Proses pemecahan selulosa oleh aktivitas enzim selulase sangat dipengaruhi oleh struktur fisik oleh substrat, bentuk kristal umumnya sulit dicerna daripada bentuk amorf. Dalam bidang peternakan, enzim memiliki banyak peran. Dalam tubuh ternak banyak enzim yang berperan sebagai pertumbuhan, reproduksi dan produksi. Enzim tersebut sangat diperlukan dalam jumlah banyak, digunakan dalam proses metabolisme, pencernaan, dan produktivitas. Berbagai enzim yang digunakan secara komersial berasal dari jaringan tumbuhan, hewan, dan dari mikroorganisme yang terseleksi. Enzim yang secara tradisional diperoleh dari tumbuhan termasuk protease (papain, fisin, dan bromelain), amilase, lipoksigenase, dan enzim khusus tertentu. Dari jaringan hewan, enzim yang terutama adalah tripsin pankreas, lipase dan enzim untuk pembuatan mentega. Produk Imugas mengandung berbagai macam tumbuhan, ada yang bersifat sebagai antibakteri dan antiamuba, sehingga mampu meningkatkan fungsi sistem pertahanan tubuh seperti produksi sel darah putih yang menyerang bakteri dan benda asing lainnya, mampu memicu produksi interferon yang merupakan protein spesifik (sitokin) yang dibuat oleh sel sebagai respon adanya benda asing termasuk bakteria. Selain itu dalam produk Imugas juga mengandung minyak atsiri sehingga dapat merangsang dinding kantong empedu, mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang merangsang amilase, lipase dan protease. Enzim-enzim tersebut dapat meningkatkan pencernaan bahan makanan seperti karbohidrat, lemak dan protein. Minyak atsiri cukup banyak manfaatnya, diantaranya adalah dapat mempengaruhui dan merangsang sekresi empedu dan berfungsi sebagai penambah nafsu makan, mempengaruhui kontraksi usus halus (Rahayu et al 2016).

 Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengetahui aktivitas enzim selulase pada cairan rumen.

TINJAUAN PUSTAKA

Enzim Selulase
Selulase merupakan sub bagian dari enzim yang bereaksi secara hidrolisis. Enzim ini diproduksi terutama oleh jamur , bakteri dan protozoa yang mengkatalisis cellulolysis (yaitu hidrolisis dari selulosa). Namun, ada juga selulase yang dihasilkan oleh beberapa jenis lainnya dari organisme, seperti beberapa rayap dan simbion usus mikroba rayap lainnya. Enzim sellulase adalah sub kelas dari enzim hirolase yang mengkatalisis reaksi pemecahan selulosa menjadi selubilosa. Sedangkan enzim hidrolase sendiri merupakan enzim yang mengkatalis penguraian suatu zat dengan menggunakan air (proses hidrolisis). Di sini enzim sellulase bereaksi dengan menggunakan substar dengan bantuan air. Enzim sellulase memiliki pH optimum sekitar 4,2 – 5,2 yang berada pada saat reaksi berlangsung. Enzim sellulase ini mempunyai berat molekul 52,00 gram/mol. memiliki suhu optimum 40-50 0C. (Soepranianondo et al. 2007).

Aktivitas Enzim Selusase
                Enzim memiliki kekhasan dalam mengenali dan mengikat substrat, karena enzim memiliki sisi aktif yang digunakan untuk mengikat substrat, sisi aktif yang dimiliki enzim sangat spesifik. Enzim selulase memiliki gugus aktif --COOH yang merupakan gugus aktif dari asam amino jenis aspartat dan juga --COOH yang merupakan gugus aktif dari asam glutamat. Kedua gugus aktif yang terdapat dalam enzim selulase bekerja secara sinergi dalam memutus ikatan glikoksida dalam selulosa. Proses hidrolisis selulosa oleh enzim selulase ketika suhu dan pH optimum terjadi konformasi pada sturktur enzim dimana gugus aktif yang berada di dalam enzim berputar sehingga berada diluar, akibatnya terjadi interaksi antara enzim dengan substrat sehingga terjadi gaya tarik menarik antara enzim menyebabkan ikatan glikosida pada substrat putus. Gaya tarik menarik pada ikatan glikosidik pada substrat oleh asam amino yang melibatkan kedua gugus –COOH dari asam aspartat maupun gugus –COOH dari asam glutamat pada sisi aktif enzim Pada saat terjadi pemutusan ikatan glikosida, terjadi pula perpindahan elektron ke gugus yang membawa oksigen. Elektron tersebut digunakan untuk berikatan dengan hidrogen pada sisi aktif enzim . kemudian terdapat enzim lain yang menyerang ikatan antara substrat dengan oksigen,sehingga substrat berikatan dengan 2 atom  oksigen. Pada keadaan  tersebut  untuk  memutus  ikatan, perlu dilakukan protonasi dahulu karena gugus OH- bukan merupakan gugus pergi yang baik sehingga diubah menjadi H2O. Kemudian molekul H2O berperan sebagai nukleofil masuk ke dalam senyawa intermediet dalam larutan. Masuknya H2O menyebabkan  ikatan enzim intetrmediet dalam larutan intermediet lepas dan terbentuk glukosa sebagai hasil akhir (Soepranianondo et al. 2007).


Selulosa
                Selulosa adalah senyawa organik dengan rumus ( C6H10O5)n, sebuah polisakarida terdiri dari rantai linear dari beberapa ratus hingga lebih dari sepuluh ribu β (1 → 4) terkait D-glukosa unit. Selulosa adalah komponen struktural utama dinding sel dari tanaman hijau, banyak bentuk ganggang dan Oomycetes. Beberapa spesies bakteri mengeluarkan untuk membentuk biofilm. Selulosa adalah senyawa organik yang paling umum di Bumi. Sekitar 33% dari semua materi tanaman adalah selulosa (isi selulosa dari kapas serat adalah 90%, yang dari kayu adalah 40-50% dan kering rami adalah sekitar 75%) (Anindyawati 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Enzim Selulase
 Enzim selulase pH optimumnya berada pada antara 4,2 - 5,2. Konsentrasi enzim dan substrat, Inhibitor kompetetif Struktur inhibitor mirip dengan struktur subsrat, namun stelah inhibitor menempati sisi aktif tidak segera membentuk enzim bebas dan zat hasil. Dengan adanya inhibitor jumlah enzim atau kompleks enzim substrat menjadi berkurang.Inhibitor nonkompetitif. Molekul penghambat enzim yang bekerja dengan cara meletakkan diri pada luar sisi aktif enzim yang agak jauh dari lokasi aktif sehinngga struktur lokasi aktif berubah. Karena perubahan struktur lokasi aktif ini, substrat tidak dapat masuk. Akhirnya peran enzim sebagai katalisator tidak sempurna (Sari 2011).
Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, pH, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat. Keberadaan inhibitor juga dapat memengaruhi aktivitas enzim. Setiap enzim memiliki suhu optimum dimana suhu optimum enzim yang bekerja dalam tubuh manusia adalah 37ºC. Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu dan umumnya tergantung pada pH lingkungan. Konsentrasi enzim secara langsung memengaruhi kecepatan laju reaksi enzimatik dimana laju reaksi meningkat dengan bertambahnya konsentrasi enzim. Selain itu juga kecepatan reaksi akan meningkat apabila konsentrasi substrat meningkat (Sari 2011).


Cairan Rumen
                Hewan ruminansia memiliki 4 perut. Salah satu perutnya adalah rumen. Rumen merupakan alat pencernaan fermentatif yang didalamnya terdapat mikroorganisme. Cairan rumen banyak mengandung enzim amilase, galactosidase, hemiselulase, selullase, dan xylanase. Bakteri ditemukan dalam cairan rumen mencapai 109–1010 per ml, dengan populasi protozoa dari 105 sampai 106 per ml ml dan kepadatan populasi jamur rumen (jamur zoospora) terdapat pada kisaran 103–105 per ml. (Cairan rumen banyak mengandug enzim -amilase, galaktosidase, hemisellulase, sellulase dan xylanase. Cairan rumen sapi hidup kaya akan enzim selulase, amilase, protease, xilanase dan lain-lain (Budiansyah et al 2010).

Karbon Tetra Klorida
            Karbon tetra klorida adalah senyawa kimia dengan rumus CCl4. Senyawa ini banyak digunakan dalam sintesis kimia organik. . Pada keadaan standar (suhu kamar dan tekanan atmosfer), CCl4 adalah cairan tak berwarna dengan bau yang "manis" (Panjaitan et al 2007).

Lizozim
            Lizozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri (bakteriosidal) dan antiinflamatori, bekerja bersama proksida dan askorbat untuk menyerang E-coli dan sebagian keluarga salmonela (Djamil 2000).

Buffer Fosfat
            Sistem buffer fosfat tersusun atas pasangan dihidrogen fosfat MH2PO4 atau H2PO4- dan basa konjugasinya monohidrogen fosfat M2HPO4 atau HPO4- . Buffer fosfat juga merupakan sistem penyangga intrasel dalam tubuh (James 2008).

CMC
                Carboxy Methyl Cellulose (CMC) merupakan turunan selulosa yang mudah larut dalam air. Oleh karena itu CMC mudah dihidrolisis menjadi gulagula sederhana oleh enzim selulase dan selanjutnya difermentasi menjadi etanol oleh bakteri. CMC merupakan bahan penstabil yang memiliki daya ikat yang kuat dan berperan untuk meningkatkan kekentalan dan memperbaiki tekstur pembentuk film (Prabowo et al 2007).

DNS
            DNS merupakan reagen yang dapat digunakan untuk melakukan uji kuantitatif glukosa. Untuk membuat DNS, 100 mL larutan NaOH 2 M yang mengandung 5 % (b/v) asam 3,5-dinitrosalisilat dicampurkan dengan 250 mL 60 % (b/v) natrium kalium tartrat. Reagen ini berfungsi untuk memberikan warna pada larutan, sehingga dapat terbaca oleh spektrofotometer vis yang membaca dari warna larutan tersebut. DNS  merupakan larutan yang mengandung 3,5 3,5-dinitrosalicylic acid, potassium sodium tartarate, dan naoh. DNS berfungsi untuk menghentikan reaksi pada metode deteksi amilase dengan menggunakan metode tersebut (Ali dan wadji 2014).

Bakteri Selulosa
             Bakteri ini menghasilkan enzim yang dapat menghidrolisis ikatan glukosida ,sellulosa dan dimerselobiosa. Sepanjang yang diketahui tak satupun hewan yang mampu memproduksi enzim selulase sehingga pencernaan selulosa sangat tergantung pada bakteri yang terdapat di sepanjang saluran pencernaan pakan. Bakteri selulolitik akan dominan apabila makanan utama ternak berupa serat kasar (Ali dan wadji 2014).


MATERI DAN METODE
Materi
Alat
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sentrifuge, senikator, gelas Erlenmeyer, tabung reaksi, pipet, dan spoit.

Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah cairan rumen, karbon tetraklorida, lizozim, buffer posfat, CMC, dan DNS.

Metode
Cairan rumen sebanyak 30 ml disiapkan lalu ditambahkan 5 tetes karbon tetraklorida dan lisozim 5 ml. Kemudian inkubasi selama 3 jam pada suhu 40ºC. Setelah itu, disonifikasi pada suhu 4º C selama 15 menit dan disentrifuse selama 20 menit dengan 12000 rpm. Hasil sentrifuse yang berupa endapan dibuang sedangkan yang dlaam bentuk supernatan diambil sebagai sumber enzim. kemudian larutan enzim diambil 0,5 ml dan ditambah CMC 0,5 ml serta buffer fosfat 1 ml. Campuran larutan tersebut (larutan assay) diinkubasi selama 1 jam pada suhu 39º C.
            Untuk mengamati gula-guka hasil reduksi, disiapkan 8  tabung reaksi. Dua  tabung untuk larutan assay dan 6 tabung untuk  larutan standar. Pada larutan assay, larutan assay diambil sebanyak 1 ml, kemudian ditambahkan 1 ml aquades dan 3 ml DNS. Sedangkan untuk larutan standar, dengan 6 tabung tersebut diisi dengan larutan glukosa sesuai dengan konsentrasi (0, 0,2, 0,4, 0,6, 0,8, 1) kemudian ditambahkan 1 ml aquades dan 3 ml DNS. Tabung-tabung diatas diinkubasi selama 15 menit dan didinginkan selama 20 menit. Selanjutnya masing-masing sampel diukur nilai absorbansinya dengan panjang gelombang 575 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Absorbansi terjadi pada saat foton bertumbukan langsung dengan atom-atom pada suatu material. Absorbansi menyatakan banyaknya cahaya yang diserap oleh suatu lapisan tipis dari total cahaya yang dilewatkan pada lapisan tipis tersebut .


Tabel 1 nilai absorbansi larutan standar
konsentrasi (ppm)
absorbansi (A)
0
                            0
0,2
0.5470
0,4
0.5672
0,6
0.6282
0,8
1.4889
1
1.5943




Grafik 1 hubungan antara larutan standar konsentrasi dengan absorbansi


Absorbansi terjadi pada saat foton bertumbukan langsung dengan atom-atom pada suatu material. Absorbansi menyatakan banyaknya cahaya yang diserap oleh suatu lapisan tipis dari total cahaya yang dilewatkan pada lapisan tipis tersebut .

Tabel 2 hasil pengukuran aktivitas enzim selulase
Sampel
Absorbansi (A)
Aktivitas enzim (lv/ml)
U1
0.1815
5.5629 x 10-5
U2
0.2042
7.0481 x 10-5
U3
0.1071
7.0521 x 10-6
U4
0.5173
2.7488 x 10-4


Pembahasan
            Enzim selulase merupakan gabungan dari beberapa enzim yang bekerja bersama untuk hidrolisis selulosa. Mikroorganisme tertentu menghasilkan partikel yang dinamakan selulosum. Partikel inilah yang akan disintegrasi menjadi enzim-enzim yang secara sinergis mendegradasi selulosa. Dalam menghidrolisis senyawa selulosa kemampuan selulase sangat digantungkan pada substrat yang digunakan Enzim selulase terdiri dari 3 macam enzim yang bekerja secara sinergis untuk mendegradasi substrat kristal selulosa yaitu enzim endo 1,4 β-glukanase, selobiohydrolase dan β-glukosidase. Mekanisme pendegradasian selulosa dimulai dengan kerja enzim endo 1,4 β-glukanase kemudian diikuti dengan kerja enzim selobiohydrolase dan β-glukosidase sampai terbentuk produk glukosa (Anindyawati 2010).
            Aktivitas enzim selulase pada substrat selulosa yang berbetuk kristalin menunjukkan adanya aktivitas enzim ekso 1,4 β-glukanase yang memotong ujung rantai oligosakarida menjadi selobiosa yaitu dua molekul glukosa yang berikatan secara β-1,4- glikosidik.  Dalam mendegradasi selulosa menjadi glukosa, enzim ekso 1,4 β-glukanase, endo 1,4 β-glukanase dan β-glukosidase bekerja secara sinergis. Setelah enzim endo 1,4 β-glukanase memotong bagian amorphous, ekso 1,4 β-glukanase memotong bagian ujung rantai selulosa kristalin menjadi gula pereduksi. Degradasi selulosa secara enzimatis menghasilkan senyawa oligosakarida, disakarida dan monomer glukosa yang bersifat larut. Proses pemecahan secara enzimatis terjadi dengan adanya enzim selulase. Enzim selulase dihasilkan oleh mikroorganisme yang bersifat selulolitik. Proses pemecahan selulosa oleh aktivitas enzim selulase sangat dipengaruhi oleh struktur fisik oleh substrat, bentuk kristal umumnya sulit dicerna daripada bentuk amorf. Peranan bakteri selulolitik sangat penting dalam proses pencernaan ruminal serat pakan hijauan. Secara morfologis, bakteri selulolitik terpenting dan lazim dijumpai dalam rumen terbagi dalam bentuk coccus dan bentuk batang. Sedangkan tipe sel dari masing-masing kelompok morfologis ini berturut-turut adalah gram positif dan gram negatif (Soepranianondo et al 2007). Untuk dapat menghidrolisis selulosa menjadi glukosa, enzim selulosa dibagi menjadi  tipe yaitu ekso glukanase, endo glukanase, dan β-glukosidase. Endo glukanase bersifat lebih aktif memecah daerah dengan sifat kekristalan yang rendah dan menciptakan ujung rantai yang bebas. Ekso glukanase biasanya aktif pada bentuk kristal selulosa dan memecah bagian selulosa yang tidak tereduksi menjadi unit selobiosa. β-glukosidase memecah selobiosa menjadi glukosa (Soepranianondo et al 2007).
Adapun nilai regresi yang dihasilkan sebesar 0,8897. Nilai menunjukkan koefisien korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besar sehingga linearitas dari kurva adalah baik. Dimana semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar pula nilai absorbansinya. Hal tersebut sesuai dengan hukum Beer-Lambert yang menyatakan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi (Sukindro 2011). Selain itu didapatkan absorbansi dari sampel konsentrasi 0,2 ppm adalah 0.5470 A. Absorbansi dari sampel konsentrasi 1 ppm sebesar 1.5943 A. Sehingga diperoleh persamaan garis y = 0.3102x – 0.2816.

           

SIMPULAN
            Aktivitas enzim selulase yang memiliki kadar tinggi pada cairan rumen akan menghasilkan nilai absorbansi yang tinggi. Hal ini membuktikan semakin tinggi kadar enzim selulase pada cairan rumen maka semakin tinggi terjadinya aktivitas enzim.
      
DAFTAR PUSTAKA
.
Ali UU, Wadji MF. 2014. Pemanfaatan bakteri selulolitik sekum kelinci dengan aras konsentrasi koloni dan waktu inkubasi untuk fermentasi limbah agroindustri lokal dalam pakan kelinci. Jurnal Sains Peternakan. 12(2): 94-100.
Anindyawati T. 2010. Potensi selase dalam mendegradasikan lignoselulosa limbah pertanian untuk pupuk organik. Berita Selulosa. 43(2) : 70-77.
Budiansyah A, Resmi, Wiryawan KG, Soehartono MT, Widyastuti Y, Ramli N. 2010. Isolasi dan karakterisasi enzim karbohidrase cairan rumen sapi asal rumah potong hewan. Jurnal Media Peternakan. 33(2) : 36-43.
Djamil MS. 2000. Mekanisme fluor menghambat kerja enzim air liur. Jurnal Kedokteran Gigi. 20(7) : 1-6.
James J. 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Nursela I, Arief DZ. 2017. Pengaruh waktu simpan buah naga (Hylocereus polyhizus) dan perbandingannya dengan ekstrak jahe (Zingiber officinale) terhadap karakteristik mix jus [skripsi]. Bandung(ID): Universitas Pasundan.
Panjaitan RG, Andharyani E, Cahirul, Mariani, Zakiah Z, Manalu W. 2007. Pengatruh pemberian karbon tetraklorida terhadap fungsi ginjal tikus. Makara Sains. 11(1) : 11-16.
Pesrita A, Linda TM, Devi S. 2017.Seleksi dan akivitas enzim selulase aktinomisetes lokal riau pada media lignoselulosa ampas tebu. Jurnal Riau Biologia. 2(2): 159-163.
Prabowo A, PadmowijotoZ, Bachrudin, Syukur A. 2007. Potensi mikrobia selulolitik campuran dari ekstrak rayap, larutan feses gajah dan cairan rumen kerbau. Jurnal Indon. Tropical Animal. 32(3) : 55-60.
Rahayu, Mudatsir T, Hasballah. 2017.Faktor budaya dalam perawatan ibu nifas . Jurnal Ilmu Keperawatan. 5(1): 36-49.
Sari M. 2011. Identifikasi protein menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR) [skripsi]. Depok (ID) : Universitas Indonesia.
Soepranianondo K, Nazar DS, Handiyatno D. 2007. Potensi jerami padi yang diamoniasi dan difermentasi menggunakan bakteri selulolitik yterhadap konsumsi bahan kering, kenaikan berat badan dan konversi pakan domba. Media Kedokteran Hewan. 23(3) : 30-45.
Sukindro. 2011. Analisis kadar fosfor dalam kacang hijau degan metode spektrofotometer tri UV-Vis di Pasar Pekanbaru [skripsi]. Pekanbaru (ID) : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.





                                                       LAMPIRAN               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar